DE PHARMACIST, ROBOT PEMBANTU APOTEKER KARYA SISWA MAN 1 SURAKARTA

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Situasi pandemi covid-19 tak menyurutkan kreativitas para siswa untuk berkarya. Inilah yang dilakukan Mufti Muammarul dan Tiara Vania Wijaya Putri , siswa siswi Program Boarding School Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta yang berhasil menciptakan robot pembantu untuk apoteker. Robot ini diberi nama De Pharmacist yang diklaim dapat meminimalisir penularan covid-19 di tengah masyarakat. Apotek sebagai tempat esensial di masa pandemi, dinilai memiliki potensi tinggi penyebaran covid -19. Karena itu, robot ini diciptakan untuk meminimalisir interaksi antara apoteker dan pembeli.

Menurut pembina robotik MAN 1 Surakarta Prihantoro Eko Sulistyo, robot De Pharmacist pada awalnya dibuat untuk mengikuti kompetisi robotik madrasah tahun 2021.
“Alhamdulillah kami lolos dan oktober nanti kami mengikuti babak final robot. lomba dilakukan lewat daring. Siswa membuat video presentasi De Pharmacist, kemudian dikirimkan untuk dilombakan,” ujarnya.

Cara kerja robot ini, lanjut Prihantoro, pada badan robot terdapat tiga loker atau slot jenis penyakit. Pemilihan slot obat penyakit juga disesuaikan dengan gejala covid-19 yang saat ini sedang melanda yakni batuk, demam dan pusing. Cara kerja robot sangat sederhana. Dilengkapi dengan sensor Ultrasonic HCSR-05 pembeli hanya perlu memasukkan kartu identitas ke dalam slot sesuai dengan kebutuhan. Kemudian secara otomatis obat akan keluar tanpa harus berinteraksi dengan apoteker. Secara otomatis, robot akan menerima instruksi untuk memutar papan obat sesuai program yang telah dibuat dengan aplikasi Arduino IDE. Ketika letak obat sudah berada di pintu keluar, botol obat akan didorong keluar oleh Motor Servo SG90 menuju keranjang obat sehinga bisa diambil oleh pembeli.

Sementara itu Mufti Muammarul mengatakan, pembuatan desain dan perakitan robot hanya membutuhkan waktu satu bulan. Bersama guru pembina robotik, penggarapan robot dikerjakan secara daring dan luring. Khusus untuk perakitan robot dilaksanakan di sekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
“Kesulitannya kemarin harus bolak balik madrasah dan asrama. Kami juga menggunakan zoom meeting untuk mendapatkan pembinaan dari guru pendamping selama proses pembuatan robot. Kadang itu kurang maksimal kalau secara daring,” teranganya.

Kelebihan yang dimiliki oleh robot Robot De Pharmacist salah satunya yaitu robot ini dapat diaplikasikan di apotik, sekolah dan dirumah. Biaya pembuatan robot juga sangat terjangkau. Satu rabot hanya menelan biaya sekitar Rp 400 ribu. Memiliki desain yang terbuat dari akrilik, sehingga ringan dan kokoh. Penggunaannya juga sangat mudah dan bisa digunakan oleh siapa saja. Energi untuk mengoperasikan robot cukup minim. Untuk mengoperasikan robot hanya memerlukan tegangan 5-7 Volt.

Dengan berbagai kemudahan yang dimiliki, robot De Pharmacist dapat dengan mudah diluncurkan ke masyarakat. Apalagi saat ini sudah mulai PTM terbatas sehingga sekolah perlu menghidupkan kembali UKS. Dengan bantuan De Pharmacist di sekolah dapat memudahkan dan juga meminimalisir penularan covid-19 di sekolah,” imbuhnya.

Adapun kekurangan dari robot De Pharmacist yaitu, ruang penyimpanan obat masih terbatas, saat ini robot hanya mampu menampung sekitar 3-4 botol obat ukuran sedang. Namun, hal tersebut akan terus dikembangkan hingga dapat menampung beberapa jenis obat sekaligus. Robot ini diharapkan dapat terus dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan, De Pharmacist dapat diproduksi secara masal. Dengan begitu secara tidak langsung inovasi ini dapat mengurangi penularan covid-19.

Sementara itu Slamet Budiyono selaku kepala MAN 1 Surakarta, mengapresiasi karya siswa ini. Hal ini sesuai dengan visi madrasahnya para juara.
“Tentu saya sangat mengapresiasi karya siswa kami. Terlepas nanti bisa memenangkan kompetisi atau tidak, karya ini sangat sesuai dengan kondisi saat ini. Tentu ini menjadi sumbangan madrasah khususnya berkontribusi dalam pencegahan virus covid-19,” pungkasnya. (rsd/my/bd)