Nadia Shafiana Rahma, Siswi MAN I Surakarta,Kampanye Moderasi Beragama di Amerika

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Tepat di hari santri 2021, Nadia Shafiana Rahma, Duta Persahabatan dan Perdamaian Indonesia-Amerika Serikat (2021-2022) presentasi tentang Indonesia, Islam, dan Moderasi Beragama di forum pelajar dan guru SMA di Amerika. Bertempat di Choir Class, Ellensburg High School (EHS) Washington, kamis (21/10/2021), Nadia yang mengenakan seragam lengkap siswa MAPK MAN 1 Surakarta membuka presentasi dengan Wellcome to Indonesia. “Presentasi tentang Indonesia yang beragam dalam segala aspeknya seperti suku, ras, agama, bahasa, dan pulau. Mengenalkan ideologi negara, pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, termasuk bendera Indonesia. Moderasi beragama yang menjadi program prioritas Kementerian Agama, tentu saja ini bagian penting dari presentasi saya,” cerita Nadia saat dihubungi via telepon.

“Keragaman Indonesia selain sebagai kenyataan yang tak bisa ditolak, untuk menyatukannya telah diikat secara final dalam dasar negara Pancasila dan UUD 1945 bahwa negara Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Konsep ini yang menjadi dasar bahwa semua warga negara setara. Untuk memastikan itu, misalnya Kementerian Agama RI memiliki program prioritas yang disebut moderasi beragama. Presiden juga mengamanatkan ini menjadi program prioritas di kementerian dan lembaga negara lainnya, dengan role model Kementerian Agama,” jelas Nadia yang menerima Penghargaan Apresiasi Prestasi Seni dan Budaya Anak 2021 dari Sri Sultan Hamengku Buwono X ini.

Nadia, yang baru saja menerima Santri Award 2021 sangat bersyukur, dirinya mendapatkan kesempatan emas untuk menyebarkan Islam yang ramah, damai, dan moderat (wasathiyah Islam) dalam lingkup internasional, sekaligus belajar bagaimana masyarakat dunia mempraktikkan kehidupan sehari-hari dalam keragaman. “Bukan hanya secara teori, tetapi menghadirkan praktik-praktik nyata dalam kehidupan,” kata Nadia. Misalnya tentang jilbab, Nadia adalah minoritas muslimah yang memakai jilbab di Amerika. Nadia mendapatkan banyak pertanyaan tentang jilbab, termasuk saat presentasi hari itu.

“Saya senang bisa menjelaskan tentang hijab, bagaimana hijab dalam Islam adalah ajaran, identitas, perlindungan, sekaligus modesty. Saya juga bercerita bahwa tidak semua perempuan muslim mengenakan hijab,” cerita Nadia.
“Saya juga membawa fakta kerukunan hidup beragama di Indonesia yang secara simbolik ada di dua tempat beribadah monumental di Indonesia, Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang bukan hanya berdekatan secara fisik, tetapi juga saling bekerja sama dan memberi dukungan,” terang Nadia yang mendapatkan penghargaan Anugerah Kebudayaan dari pemerintah Republik Indonesia tahun 2018 ini.

“Sangat menyenangkan bisa bercerita tentang Indonesia dan muslim Indonesia yang menjunjung tinggi ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah di dunia global,” tegas Nadia. Di akhir presentasi, Nadia meminta feedback dari semua peserta dengan dua pertanyaan; “What do you think about Indonesia?” dan “What do you think about Islam?” Peserta menuliskan jawaban pada selembar kertas dan dikumpulkan.

Setelah saya lihat apa yang mereka tulis, ternyata sangat respek dengan Indonesia dan Islam yang damai. Sangat menyenangkan.
Sebagai duta perdamaian dan persahabatan, selain aktif di berbagai forum berskala internasional yang telah diagendakan secara resmi, Nadia juga menjalankan kerja-kerja volunteer di Amerika Serikat. Kampanye utama saya tentang Indonesia, kehidupan, pendidikan, keragaman, dan tentu saja tentang Islam yang damai. Wujud kegiatannya bermacam-macam, baik formal maupun informal. Saya menjalankan kerja volunter di sekolah-sekolah, komunitas, menulis di koran, di lingkungan sekitar tempat tinggal, juga bisa meluas ke tempat lain yang memungkinkan. Saya juga membacakan cerpen, dan klinik menulis cerpen atau novel.

“Apapun aktifitasnya, saya selalu memastikan pesan watsatan Islam tersampaikan, baik secara lisan maupun perilaku, atau salah satu dari keduanya” kata Nadia membuka rahasia strategi komunikasinya.
“Saya berterima kasih kepada keluarga, semua guru saya di MAN 1 Surakarta, pondok pesantren Hadil Iman, penerbit, media, terutama keluarga besar Kementerian Agama RI yang telah mengantarkan saya sampai di perjalanan ini. Mohon doanya saya dapat membawa nama baik Indonesia, Kementerian Agama dan bisa mengikuti program ini dengan baik sampai akhir,” tutup Nadia yang saat ini masih mengikuti proses seleksi Duta Harmoni Kementerian Agama RI perwakilan Jawa Tengah ini. (my/bd)