Sebagai Penyalur Tangan Pemerintah, Penyuluh Buddha Harus Moderat

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Buddha bertempat di Ruang PTSP, pada Selasa (09/11/21).

Semarang (Humas) – Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Penyuluh Agama Buddha Non PNS sebanyak 35 orang dari Kemenag Kab/Kota Semarang, yang dibuka oleh Plt. Pembimbing Masyarakat Buddha, I Dewa Made Artayasa. Selain itu, hadir juga Kasubdit Penyuluh Buddha Kemenag RI, Pawardi, bertempat di Ruang PTSP, pada Selasa (9/11).

Kegiatan ini sebagai bentuk arahan kepada para Penyuluh Buddha Non PNS, agar dapat memberikan pelayanan prima kepada Umat Buddha, khususnya di Jawa Tengah. Karena penyuluh memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

Dalam sambutannya, Plt. Pembimbing Masyarakat Buddha Kanwil Kemenag Prov. Jateng menyampaikan bahwa sebagai penyuluh harus mengedepankan jiwa moderasi beragama.

“Seorang penyuluh diharapkan tetap menerapkan moderasi beragama khususnya penyuluh buddha ini. Penyuluh sebagai penyalur tangan pemerintah, apapun yang disampaikan harus dapat di pertanggungjawabakan baik dalam program pemerintahan maupun terhadap nilai agama. Jangan ada penyuluh buddha yang tidak moderat,” tegas I Dewa made Artayasa.

Disampaikan juga oleh juga Kasubdit Penyuluh Buddha Kemenag RI, Pawardi, bahwa penyuluh sebagai pusat edukatif dan dapat memotivasi bagi umatnya.

“Penyuluh bukan hanya tentang siar agama saja, tetapi maknanya sangat luas. Penyuluh itu sebagai salah satu agen perubahan dalam masyarakat mulai dari kebangkitan ekonomi hingga dapat menanggulangi paham-paham radikalisme tentang keagamaan yang harus dicegah. Maka dari itu, kita sebagai para penyuluh budha harus benar-benar diperhatikan dalam apa yang disampaikan, agar umatnya tidak bingung dan salah arti,” kata Pawardi.

Pandemi bukan sebagai penghalang dalam kegiatan penyuluhan, kepada Penyuluh Non PNS maupun PNS. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk tetap bergerak dalam kegiatan di Umat Buddha maupun di Vihara, tetapi juga harus memperhatikan protokol kesehatan.

“Harapannya para Penyuluh Buddha dapat memberikan pelayaan kepada umat dengan sepenuh hati, tidak tanggung-tanggung,” imbuhnya. (Dian/Ali)