Bintek Pentingnya Pemberian TTD Bagi Santriwati di Lingkungan Ponpes

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kendal – Dukung upaya pemerintah dalam pencegahan anemia, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kendal hadir sebagai narasumber dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pemberian Tablet Tambah Darah bagi Santriwati yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kab. Kendal, Rabu (23/3).

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut program Kemenkes yang bertujuan agar kebutuhan zat besi putri usia SMP dan SMA (untuk saat ini adalah santri putri) dapat terpenuhi dan tidak ada yang menderita anemia. Mengingat angka prevalensi anemia di Indonesia, yaitu pada remaja wanita sebesar 26,50%, pada wanita usia subur sebesar 26,9%, pada ibu hamil sebesar 40,1% dan pada balita sebesar 47,0%5.

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai usia lanjut. Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi, rematri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat serta diet yang kadang keliru di kalangan rematri.  Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan , bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak.

Beberapa studi yang telah dilakukan di berbagai pondok pesantren menunjukkan adanya masalah kesehatan anemia di kalangan santriwati. Menyikapi hal itu Kakan Kemenag, Mahrus menyampaikan kepada pengasuh pondok pesantren yang hadir bahwa pemberian tablet tambah darah (TTD) merupakan bentuk ikhtiar kita menjaga kesehatan santri terlebih hal ini juga akan berdampak pada kesehatan dimasa mendatang.

“Anemia dapat berdampak pada menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Pemberian TTD ini juga sebagai pencegahan karena menderita anemia di masa muda akan berdampak panjang ke depannya saat mereka dewasa nanti,” ujarnya.

Selain Kemenag, Dinas Kesehatan juga berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pusat Kesehatan Masyarakat (UPTD Puskesmas) di masing masing Kecamatan. Plt Kepala Dinas Kesehatan, Parno berharap nantinya pemberian TTD kepada santri putri ini dapat terdistribusi dengan maksimal dan betul betul dikonsumsi karena survey di lapangan masih banyak remaja putri yang tidak meminum TTD tersebut dengan alasan takut, mual dan sebagainya.

“Kami harap melalui kegiatan bintek ini dapat menjadi upaya pencegahan anemia dan stunting di lingkungan pondok pesantren khususnya dan Kabupaten Kendal pada umumnya,” tutur Parno.

Sementara untuk mengatasi masalah kekhawatiran dan takut mengkonsumsi TTD tersebut, perlu diketahui oleh remaja putri bahwa :

  1. Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan keracunan karena tubuh mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka penyerapan zat besi yang dikonsumsi akan banyak, sebaliknya bila tubuh tidak kekurangan maka penyerapan zat besi hanya sedikit sehingga aman dikonsumsi sesuai program.
  2. Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping berupa : nyeri/perih di ulu hati, mual muntah dan tinja berwarna hitam. Hal ini tidak berbahaya dan untuk mengurangi gejala di atas, sangat dianjurkan minum TTD setelah makan atau malam sebelum tidur.
  3. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, sebaiknya TTD dikonsumsi bersama dengan buah – buahan sumber vitamin C ( jeruk, papaya, mangga, jambu biji dan lain lain) dan sumber  protein hewani ( hati, ikan, unggas dan daging ).
  4. Hindari konsumsi TTD bersamaan dengan teh, kopi, tablet kalsium dosis tinggi dan obat sakit maag terutama yang mengandung kalsium karena akan menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh. (bel/rf)