Gerakan Santri Menulis akan Ciptakan Jurnalisme yang Bermanfaat bagi Bangsa

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang (Humas) – Memasuki Gerakan Santri Menulis (GSM) ke-28 tahun, Suara Merdeka Network (SMN) merangkul Kementerian Agama dan Pemerintah Kota Semarang wujudkan sarasehan ramadhan suara merdeka 2022 di Ruang Rapat, Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Rabu (6/4).

Kegiatan sarasehan tersebut diselenggarakan bersamaan dengan dibukanya Gerakan Santri Menulis 2022 dengan simbolis berupa pemukalan kentongan oleh sejumlah tokoh dan pejabat yang hadir.

Di antaranya, staf khusus bidang hukum Kementerian Agama, Prof Dr Abu Rohmat, Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah KH Achmad, Rektor Unwahas Prof Mudzakir Ali.

Kemudian, Kakanwil Kemenag Jawa Tengah, Musta’in Ahmad, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, pimpinan Bank Syariah Indonesia (BSI), Pemred Suara Merdeka Gunawan Permadi, Pemred suaramerdeka.com Agus Toto Widyatmoko dan sejumlah tokoh lainnya.

Dalam Pembukaan Pemred SMN, Agus menyatakan bahwa diselenggarakannya Gerakan Santri Menulis ini diharapkan dapat memunculkan jurnalis jurnalisme berkualitas dari kalangan santri.

menanggapi hal tersebut Walikota Semarang, Hendri menyatakan dirinya sangat setuju dengan diadakannya Gerakan Santri Menulis ini. Dirinya menyatakan dengan mengikuti giat tersebut santri dapat tumbuh menjadi jurnalis yang bermanfaat bagi Bangsa.

“Potensi kalian dalam menulis akan sangat bermanfaat bila kalian olah dengan konsisten dan baik, kedepan kalian yang akan menjadi jurnalis – jurnalis yang membanggakan Bangsa yang memiliki idelisme dalam menulis berita,” Ujar Hendri

“Meskipun santri yang terbiasa menulis walaupun hanya menulis di dalam kitab kosongan, tetapi menulis adalah nikmat yang besar dari Allah SWT, menulis sangatlah berat. Tulisan melalui proses spiritual, sama seperti orang melahirkan dimana ada tirakat dan riyadoh sehingga menyusun dari satu kata menjadi satu kalimat merupakan proses yang penuh doa dan permohonan kepada Allah SWT, semoga pena kita bisa lancar. Selain itu, proses ini membutuhkan komitmen kecintaan sepenuh hati bahwa seseorang yang memiliki skill menulis adalah keistimewaan. Berkat menulis saya dapat berada di sini. Tantangan melawan rasa malas dalam menulis adalah diri kita sendiri dengan selalu semangat. Menjadi penulis bukan suatu hal yang mudah, jika sering tidak menulis maka akan seperti pisau yang tumpul,” imbuh Abdurrahman selaku perwakilan dari Kementerian Agama.

(brf)