Wonosobo – Kantor Kementrian Agama (Kankemenag) Wonosobo gelar Bimtek peningkatan kompetensi guru agama Katolik selama tiga hari, Selasa – Kamis (18-20/4). Acara yang dihelat di Rumah Retret Puteri Bunda Hati Kudus, Kabupaten Temanggung ini, diikuti 20 peserta.
Penyelenggara Katolik, Kankemenag Wonosobo, YB Budi Utomo menjelaskan, ke 20 peserta, merupakan guru Agama Katolik dan guru sekolah beragama Katolik.
Adapun tujuan bintek ini, selain meningkatan mutu pendidikan agama Katolik, juga dimaksudakan agar terjalin sinergi antara guru agama dengan guru beragama Katolik di sekolah. Sinergi semacam itu dinilainya penting, mengingat guru agama Katolik di Wonosobo masih sangat minim.
“Jadi ketika ada sekolah yang kesulitan mencari guru agama Katolik, guru yang beragama katolik di sekolah atau berada dekat dengan sekolah, harus bersedia jika diminta mengajar oleh pihak sekolah,”ujarnya.
Kendati demikian, dalam praktik pengajarannya juga harus menerapkan standar pengajaran yang sesuai aturan. Model pengajaran asal ada juga tidak dibenarkan.
“Asal mengajar juga tidak dibenarkan. Anak didik kita, baik yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha berhak mendapat pendidikan agama yang berkualitas,” tandasnya.
Ia lanjut menjelaskan, minimnya guru agama Katolik di sekolah kerap menimbulkan berbagai kendala di lapangan. Contoh, saat pelaksanakan UAS (Ujian Akhir Sekolah) misalnya, karena ketidaktahuan guru, siswa beragama Katolik seringkali diminta mengerjakan soal Agama Kristen. Begitupun sebaliknya. Padahal, di dalam soal yang disajikan, terdapat banyak perbedaan.
“Makanya dengan adanya Bintek ini diharapkan terjalin komunikasi yang baik antar guru agama di sekolah. Agar kejadian yang tidak disengaja itu tidak terulang. Semua guru agama, saling memperhatikan, saling mengingatkan,” katanya.
Di kesempatan sama, Kasubag TU Kankemenag, Cahyo Sukmana, sempat melontarkan Kritik tentang efektivitas pendidikan ilmu agama di sekolah. Menurut dia, pendidikan agama di sekolah belum berhasil sebagaimana yang diharapkan.
Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya kasus kenakalan siswa, baik yang terjadi di sekolah maupun di luar sekolah.”Meski spekulasi saya tidak sepenuhnya benar, tapi realita ini patut menjadi auto kritik. Mengingat, guru agama, masih diyakini sebagai pioner, dalam pembentukan karakter dan akhlak siswa,” pungkasnya (humas/Af)