Surakarta – “Lahan yang ada sekarang, sempit nggak? Kalau mau menanam pohon, sulit nggak?” tanya Kirno Suwanto, Kepala MTsN Surakarta 1 pada peserta pelatihan saat membuka acara pelatihan Hidroponik dan Komposter. “Karena lahan kita terbatas, diperlukan kreativitas dan inovasi, salah satunya dengan sistem hidroponik,“ jelasnya. Pelatihan berlangsung Kamis (29/11) di aula gedung 1 MTsN Surakarta 1. Tujuan pelatihan mewujudkan madrasah ramah lingkungan atau madrasah adiwiyata. Pelatihan ini diikuti 66 siswa yang merupakan perwakilan tiap kelas serta bapak ibu guru Tim Adiwiyata.
“Hidroponik adalah budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah serta menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman. Media yang digunakan pun media yang ramah lingkungan,” tutur Langit Trisna Sanubari, mahasiswa Faperta UTP, narasumber pelatihan. MTsN Surakarta 1 dan UTP telah mengadakan perjanjian kerjasama tentang madrasah adiwiyata pada 10 Oktober 2018. Salah satu bentuk kerjasama berupa pelatihan hidroponik dan komposter.
Narasumber kedua, Azis Andyan Nugroho memaparkan materi komposter. Anak-anak serius menyimak penjelasannya. “Komposter adalah sebuah metode pengelolaan sampah organik menjadi kompos untuk digunakan sebagai pupuk. Sampah organik merupakan sampah dengan persentase terbesar, yaitu 60-70 %,“ jelasnya. Menurut Azis, sampah rumah tangga seperti potongan sayur dan sisa makanan termasuk sampah organik. Sampah tersebut dapat menghasilkan produk yang ekologis, ramah lingkungan, dan tidak mengandung bahan kimia.
“Kompos yang ada belatung dan berbau harus dibuang, terus dibuang kemana?“ tanya Fadiyah, siswi kelas 9PK3. “Intinya tidak diberikan pada tanaman, dibuang begitu saja tidak apa-apa, karena kompos itu berbahan organik maka akan mudah terurai kembali,“ jawab Azis ketika sesi tanya jawab.
Setelah pemaparan dari narasumber selesai, peserta pelatihan diajak ke halaman untuk praktik hidroponik. “Hari ini kita akan praktik hidroponik sedang komposter akan kita lakukan minggu depan, ya,“ janji Muh Makmun, Ketua Tim Adiwiyata MTsN Surakarta 1. Peserta pelatihan mengikuti praktik hidroponik dengan antusias. “Meskipun sistem hidroponik menggunakan air sebagai media tanam, tetapi pada praktiknya air yang diperlukan dalam bercocok tanam tidak sebanyak budidaya tanaman dengan cara konvensional,“ tutur Langit di sela-sela praktik.
Semoga melalui pelatihan hidroponik dan komposter ini, MTsN Surakarta 1 dapat menuju madrasah Adiwiyata tingkat provinsi. Lebih jauh lagi, para peserta pelatihan mampu mempraktikkan apa yang diperolehnya di lingkungan masing-masing dan menjadi kader penyelamat lingkungan. (diana_rma)