Ungaran – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang, Nurudin hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan gedung pondok pesantren Darul Amanah Bedono Jambu, Sabtu (4/9).
Dalam sambutannya, Nurudin menyampaikan bahwa untuk mendapatkan izin operasional pondok pesantren, harus ada beberapa ketentuan dasar (Arkanul Ma’had) yang harus dipenuhi oleh pesantren. Arkanul Ma’had dimaksud meliputi ketersediaan kyai atau ustadz, harus ada santri mukim minimal 15 orang, ada masjid/musholla, ada asrama bagi santri yang bermukim dan ada kajian kitab kuning.
“Kalau untuk pembangunan pondok pesantren sendiri, semakin banyak semakin kami apresiasi. Artinya ketersediaan lembaga pendidikan non formal di Kabupaten Semarang semakin bertambah. Namun untuk kemudian pondok pesantren itu ingin mendapatkan izin operasional agar terdaftar di Emis Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, tentu Arkanul Ma’had yang ada harus sepenuhnya terpenuhi terlebih dahulu,” ungkap Nurudin.
Nurudin juga mengingatkan meski pembelajaran tatap muka di madrasah maupun di pesantren sudah diperbolehkan seiring penetapan Kabupaten Semarang berada di level 2, namun pihaknya tetap mewanti-wanti agar pengurus madrasah maupun pengurus pondok pesantren tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat dalam kegiatan belajar mengajar agar tidak ada klaster baru covid-19 di madrasah maupun di pondok pesantren.
“Protokol kesehatan wajib kita lakukan dan kita pantau pelaksanaannya. Sebab kalau sudah terkena covid-19, sungguh kita akan menyadari bahwa covid-19 itu luar biasa menyakitkan apalagi bagi seseorang yang punya riwayat penyerta. Untuk itu, mari tetap patuhi protokol kesehatan 5M1D agar kita tetap sehat, terhindar dari penyebaran dan penularan virus covid-19,” katanya.
Di akhir sambutan, tak lupa Nurudin berpesan kepada pengelola pondok pesantren agar dalam mentrasfer ilmu-ilmu agama kepada para santrinya tetap ada penguatan nasionalisme dan NKRI, agar para santri memiliki kecintaan yang besar terhadap bangsa dan negaranya dan tidak mudah terpengaruh oleh faham-faham radikal yang memungkinkan mereka terseret di dalamnya.
“Jadi penting pula untuk disampaikan kepada para santri agar selain diajarkan ilmu keagamaan, keikhlasan, kesederhanaan dan kemandirian, para santri juga punya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsanya,” pungkasnya (shl/Sua)