Surakarta – Rangkaian acara dalam Sarasehan dan Doa Peringatan HAB ke 75 Kemenag RI (06/01), tidak hanya terkait hibah tanah calon KUA Serengan. Ada sebuah momen yang unik, dalam kegiatan tersebut. Karawitan sederhana tampil menghangatkan suasana kegiatan yang dilaksanakan di masa pandemi, tentu dengan menerapkan protokoler kesehatan.
Plt. Kakankemenag Kota Surakarta, Rosyid Ali Safitri tak luput dari penyajian puisi jawa yang ditujukan pada Walikota Surakarta. Acara yang sederhana, dikemas dengan apik oleh panitia sehingga menjadi sangat menarik. Geguritan dari kata gurit, yang artinya tatanan. Geguritan atau puisi Jawa adalah suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang iramanya dibuat memakai tatanan yang indah.
Rosyid Ali Safitri sangat menjiwai saat membacakan geguritan dengan Bahasa Jawa, bertajuk “Surakarta Kutho Budoyo secara langsung di penghujung acara dengan Bahasa Jawa yang sangat indah berjudul “Surakarta Kota Budaya”.
Endahing Budaya Kota Surakarta
Bapak Hadi Rudyatmo Pinangko Pangarsa
Waras, Waris,Wareg Jroning Sedya
Mapan, Papan datan Kuciwa
Tansah Sumrambah Para Warga
Solo Berseri Tanpa Korupsi
Dadi Slogan para Satriyaning Nagari
Ing Kuto Surakarta nganti Wektu Iki
Bapak Hadi Rudyatmo Tansah Ngayomi
Pranyata Saget Dados Tepo Palupi
Atur Pungkasan Kagem Bapak Hadi Rudyatmo
Mugiyo Tansah Sehat Sanajan Sampun Purna
Ngaturaken Panuwun Tanpa Pepindha
Awit Pinaringan Siti Wiyar Ing Tengah Kutha
Kagem Kementerian Agama Kota Surakarta
Geguritan tersebut tersisip makna bahwa Kota Surakarta sebagai kota budaya. Kota indah berseri tanpa korupsi serta masyarakat yang sejahtera. Tak lupa disampaikan pula ucapan terima kasih kepada Pak Rudi, yang telah mengayomi dan menghadiahkan Barang Milik Daerah beruoa tanah untuk Kementerian Agama Kota Surakarta. (hnf/my/rf)