*)Tulisan ini disusun sebagai naskah bimbingan penyuluhan yang diambil dari berbagai sumber. Dipresentasikan oleh Azizah Herawati, S.Ag.,M.S.I., Penyuluh Agama Ahli Madya Kecamatan Candimulyo, Kankemenag Kabupaten Magelang pada Kajian Rutin “Mutiara Hikmah” Radio Gemilang 96,8 FM, Kabupaten Magelang pada hari Kamis, 4 Mei 2022. |
Gema takbir, tahlil tahmid dan tasbih telah kita kumandangkan sejak malam Idulfitri beberapa hari yang lalu. Semua orang di seluruh penjuru dunia melantunkannya dengan berbagai irama untuk membesarkan dan mengagungkan nama Allah. Ini menunjukkan besarnya rasa tanda syukur atas kemenangan melawan hawa nafsu di bulan Ramadan. Apalagi seiring dilonggarkannya protokol kesehatan dari pemerintah, semua terlihat sangat gembira menyambut hari kemenangan. Bagaimana tidak, setelah dua tahun kita berhari raya dengan segala pembatasan akibat Covid-19, kini rindu yang membuncah itu benar-benar pecah dan menjelma menjadi luapan suka cita menyambut lebaran. Kebahagiaan terpancar dalam setiap pribadi muslim setelah usai berpuasa di bulan penuh berkah ini.
Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu, dan bulan Ramadan yang penuh rahmat, keberkahan dan keutamaan kini telah berlalu. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Ta’ala selama bulan Ramadan, sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah Saw.: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan kemudian Ramadan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala )”.
Oleh karena itu, marilah kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia menerima amal kebaikan kita di bulan yang penuh berkah ini dan mengabulkan segala doa dan permohonan ampun kita kepada-Nya, sebagaimana sebelum datangnya bulan Ramadan kita berdoa kepada-Nya agar dipertemukan dengan bulan Ramadan. Dalam ajaran Islam ada dua hari raya bagi umat Islam, yaitu Idulfitri dan Idul Adha. Umat Islam, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, semuanya diperintahkan supaya merayakan kedua hari raya tersebut dengan kegembiraan dan sukacita. Saat ini kegembiraan itu kembali menyelimuti umat Islam karena menyambut hari raya Idulfitri. Setelah satu bulan penuh berada di kawah candradimuka, terminal spiritual, menunaikan kewajiban ibadah puasa Ramadan juga amalan ibadah lainnya, baik yang fardu maupun yang sunah. Momentum Idulfitri menjadi sesuatu yg penting bagi orang-orang yang beriman, karena pandemi juga belum sepenuhnya berlalu.
Kedatangan Hari Raya Idulfitri ini selalu memberikan hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di antaranya adalah:
Pertama, Adanya penguatan pengakuan atas besarnya nikmat iman dan Islam. Status iman dan Islam ini merupakan bagian daripada puncak kebahagiaan yang dirasakan oleh orang-orang mukmin. Dengan nikmat iman dan Islam ini, seseorang berada pada derajat yang tinggi dan mulia. Oleh karena itu, orang-orang beriman sudah sepatutnya merasakan kegembiraan, tidak merasa hina, dan tidak pula bersedih. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran [3]:139.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Kedua, Tumbuhnya kesadaran secara total bahwa bekal yang terbaik bagi orang-orang yang beriman adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Jika ajaran Islam dikenal dengan tiga dimensi, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, sifat takwa merupakan integralisasi ketiga dimensi tersebut. Pada hari raya Idulfitri ini, barometer kegembiraan kita yang paling penting adalah kesuksesan memperoleh predikat takwa sebagai tujuan daripada ibadah yang disyariatkan, khususnya ibadah puasa Ramadan dalam ayat yang sangat popular yaitu surat Al-Baqarah [02]:183:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Demikian pula perintah Allah untuk berbekal takwa dalam setiap lini kehidupan, yakni dalam surat Al-Baqarah [02]: 197 berikut ini:
…….. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”.
Ketiga, Pentingnya menjaga hubungan baik (silaturahim) di antara sesama manusia. Suasana hari raya Idulfitri mampu menumbuhkan dan menguatkan nilai persatuan dan persaudaraan. Lebih-lebih nilai persatuan dan persaudaraan tersebut diikat dengan kesamaan agama dan hubungan keluarga. Oleh sebab itu, saling mengunjungi antara tetangga dan keluarga adalah anjuran yang sangat baik dalam upaya mengokohkan ikatan persaudaraan dan kekeluargaan. Demikian juga, sikap saling meminta maaf dan memaafkan, tentunya menjadi bagian dari perbuatan yang terpuji yang diperintahkan dalam Islam. Mampu mengendalikan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, keduanya adalah di antara ciri orang-orang yang bertakwa yang mengundang cinta Allah SWT. Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran [3]: 133-134 berikut ini:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Pada hari raya kemenangan ini, kita juga mestinya disadarkan tentang bahaya dan buruknya sifat-sifat tercela, seperti takabur, iri, dengki, dendam, bohong, curang, tamak, ria, mencela, dan sifat buruk lainnya. Semua akhlak buruk tersebut adalah sebagai bentuk perbuatan dosa yang menyebabkan banyak kerugian, di antaranya ialah penghalang turunnya rahmat Allah dan penutup pintu rezeki. Di samping itu, sifat-sifat tercela ini bisa menjadi penyebab rusaknya bangunan persatuan dan persaudaraan di antara sesama umat.
Demikianlah antara lain hikmah Idulfitri yang saat ini suasana kebahagiaan lahir dan batin masih kita rasakan. Energi positif dari momentum Ramadan dan Idulfitri ini hendaklah terus dilestarikan, sekaligus menjadi kekuatan serta modal dalam menjalani kehidupan 11 bulan yang akan datang. Tentu saja kita berharap agar masih bisa bertemu kembali dengan bulan suci Ramadan dan Idulfitri pada tahun-tahun yang akan datang. Amin ya rabbal ‘alamin.
Selamat Hari Raya Idulfitri, taqabballahu minna wa minkum, taqabbal ya karim. Ja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin wal maqbulin, fi kulli ‘ammin wa antum bi khoirin. semoga Allah menerima segala amal ibadah yang kita kerjakan sehingga ampunan, rahmat, dan keberkahan menyertai kita semua. Wallahu Al-Musta’an.(m45k/Sua)