AKIRA Sebagai Tolok Ukur Keberhasilan Pembelajaran Anak di Tingkat RA

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ungaran – Dunia anak adalah dunia bermain, semakin banyak permainan yang dilakukan, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Inilah yang dinamakan kegiatan bermain sambil belajar. Berangkat dari hal tersebut, Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) Kabupaten Semarang mengadakan kegiatan AKIRA (Ajang Kreativitas Seni dan Olahraga Siswa Raudhatul Athfal) tingkat Kabupaten Semarang di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Semarang, Minggu (02/04).

Kegiatan guna menyalurkan bakat dan minat siswa RA di bidang seni, olahraga serta pendidikan keislaman ini diikuti oleh puluhan siswa RA perwakilan kecamatan se-Kabupaten Semarang dengan cabang lomba meliputi wudhu, baca Iqro’, puitisasi Alqur’an, kolase dan dolanan anak.

Kasi Pendidikan Madrasah Kankemenag Kab. Semarang Muhtadi mengharapkan peran serta aktif dari semua elemen kegiatan, agar kedepannya AKIRA mampu menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran anak di tingkat RA. Seorang pendidik dituntut menjadi tokoh inspiratif yang mampu mengkolaborasikan objek dan subjek pembelajaran sekaligus. “Dengan memanfaatkan objek-objek yang ada serta bereksplorasi dengan lingkungan sekitar, anak akan semakin mudah mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,” urai Muhtadi.

Ditambahkan, belajar harus menyenangkan, bervariasi dan tidak membosankan, untuk itu, berbagai alat/ media diperlukan sebagai pelengkap pembelajaran. “Belajar yang menyenangkan (joyful learning) pada anak dapat menumbuhkembangkan keterampilan hidup (life skills) sejak dini. Maka wajib bagi seorang pendidik menyiapkan alat/ media yang tepat untuk menstimulasi perkembangan anak,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Siti Isnainiyati selaku ketua penyelenggara kegiatan mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas antusiasme yang luar biasa dari para siswa. “Pendidikan anak adalah investasi masa depan bangsa” ungkap Siti.

Bersama Raudlatul Athfal, anak mampu berkreasi tanpa meninggalkan nilai budaya keislaman yang selama ini menjadi nilai plus dibandingkan sekolah umum lainnya. Hal ini karena pembelajaran di RA menggunakan pembelajaran terpadu, dimana setiap kegiatan yang dilakukan harus mencakup aspek kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral. “Dengan AKIRA, konsep pembelajaran kepada anak secara utuh akan tercapai,” pungkasnya. (shl/gt)