Semarang (Humas) – Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Saiful Mujab di dampingi Kabag TU Wahid Arbani serta para Kepala Bidang dan Pembimas mengikuti secara daring pembukaan (Pendidikan Profesi Guru) PPG Dalam Jabatan Batch 3 Kemenag Tahun 2025. Dibuka oleh Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, didampingi Sekjen Kemenag RI Kamaruddin Amin, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katolik, Dirjen Bimas Hindu dan Dirjen Bimas Buddha, serta Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Asep Saepudin Jahar. Bertempat di Gedung Pertemuan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (4/9/2025).
Kegiatan secara hybrid, disiarkan melalui zoom meeting serta melalui kanal youtube Kemenag RI dan diikuti peserta PPG dari Kantor Wilayah Kementerian Agama di seluruh Indonesia. Untuk diketahui, PPG merupakan program pendidikan profesi yang bertujuan untuk menghasilkan guru yang profesional dan kompeten dengan memberikan Sertifikat Pendidik. Program ini dibagi menjadi dua jalur utama: PPG Prajabatan untuk calon guru dan PPG Dalam Jabatan untuk guru yang sudah aktif mengajar.

Dalam arahannya, Menteri Agama menyampaikan bahwa sebanyak 206.411 guru sudah tersertifikasi pada akhir agustus lalu, ini artinya pada masa pemerintahan Presiden Prabowo sertifikasi sudah menigkat 700%.
“Kata kunci untuk mengembangkan suatu bangsa adalah melalui pendidikan, salah satu sub kulturnya adalah guru. Sehingga kita ingin melihat kuantitas berbanding lurus dengan kualitas guru,” jelas Menag.
Menteri Agama menitipkan 4 kriteria yang harus kita terapkan sebagai guru.
- learning how to learn
- learning how to teach
- teach how to learn
- teaching how to teach
“Empat komponen ini harus kita pisahkan secara rigid, karena profesionalisme harus mampu mendorong sub system untuk saling mendukung satu dengan yang lain,” ulasnya.
Menurutnya guru hebat adalah guru yang mampu membelajarkan murid dengan baik, yakni mampu membuat muridnya aktif (active learning).
“Setiap guru mempunyai karakter masing-masing sebagai seorang pengajar, kita punya nilai Distingtif jangan disamakan, karena kita punya kearifan individu bagaimana pendekatkan diri dengan murid,” lanjut Nasaruddin Umar.
Disampaikannya bahwa pengajar hanya transformasi knowledge, sedangkan pendidik harus ada evaluasi terhadap kognitif dan attitude muridnya. Maka jika guru sebagai pengajar, maka akan mengajar hanya dengan intelek dan reasonnya, tetapi sebagai pendidik harus mampu melahirkan ilmuan pendidik dengan rasio dan rasa. “Jadi bukan hanya sebatas di depan kelas tetapi juga di luar kelas, karena pendidik harus konsisten dalam membagi ilmu dan perilaku,” pungkasnya.

Sebelumnya Kakanwil menyampaikan jika titik balik guru adalah PPG, karena PPG hadir sebagai jawaban dalam transformasi pendidikan.
“Sejalan dengan asta cita Presiden dalam memperkuat SDM yang juga menjadi program prioritas Menteri Agama, PPG ini menjadi bukti nyata keberhasilan Kementerian Agama dalam transformasi pendidikan. Inilah wajah baru pendidikan di Kemenag, dimana kita titipkan masa depan Indonesia emas 2045 kepada para penerus bangsa,” tutur Saiful Mujab.
Dalam sambutannya, Dirjen Pendidikan Islam juga menyampaikan jika ini adalah PPG kolaborafif antara semua bimas, jadi ini adalah PPG persatuan.

“Diawali doa bersama guru agama yang menujukkan bahwa dengan keberagamannya kita bisa mempersatukan guru lintas agama. Tidak penting apa agama dan sukumu kalau kamu bisa melakukan segala hal yang terbaik buat bangsa dan negaramu,” ucap Amien Suyitno.
Disampaikan Rektor bahwa UIN Syarif Hidayatullah turut berkomitmen membangun reputasi dan menempatkan Kementerian Agama dalam pembangunan reputasi untuk kepentingan Negara.
“Temen-teman semua adalah pencerah dan menjadi bagian dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini menjadi bagian penting bahwa Kemenag turut serta dalam membangun bangsa dan negara,” ucap Asep Saepudin. (Sua)
