Kota Magelang – Isra' Mi'raj bukanlah perjalanan biasa tetapi suatu perjalanan yang mengandung dimensi intelektual dan dimensi spiritual. Ini merupakan momen penting dimana Nabi Muhammad menerima risalah sholat lima waktu yang menjadi kewajiban bagi umat Islam dengan misi menyempurnakan akhlak . Dalam histori tasyrik tarikh Islam dijelaskan bahwa Rasulullah Muhammad SAW dalam konteks perempuan Nabi SAW sangat menjunjung perempuan yang tidak hanya pada peran domestik tapi juga publik. Siti Khodijah dan Aisyah adalah contoh wanita yang tegar,cerdas,tegas dan pendamping Nabi Muhammad SAW dalam perkembangan Islam. Demikian disampaikan penasehat DWP Eni Yaqut Cholil Qoumas saat Peringatan giat PHBI ISRA' MI'RAJ secara virtual zoom meeting yang di selenggarakan oleh DWP KEMENAG RI,Jumat (19/03)
“Kesetaraan Gender perempuan harus mampu berkiprah lebih baik dalam menciptakan keseimbangan dalam kehidupan” ungkap Eni Yaqut Cholil Qoumas.
Lebih Lanjut dikatakan Ajaran dan risalah sudah sangat lengkap baik hablun minallah (hubungan dengan Allah) maupun hanblun minannaas (relasi antar manusia) contoh Shalat Jama'ah yang mengajarkan persatuan dan persaudaraan dalam kehidupan sehari hari sehingga keindahan hidup yang saling mengisi dan memiliki peran masing-masing menciptakan Motivasi Dalam Membangun Moderasi Beragama. Kedudukan wanita di dunia sangat penting karena dengan perannya dapat memberikan sejuta makna dan sebagai wanita harus bisa menjaga keindahan tersebut untuk kaumnya. Pengarusutamaan Gender adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama di semua tahapan proses pembangunan dan seluruh proyek, program dan kebijakan pemerintah.
Giat PHBI ISRA' MI'RAJ secara virtual zoom meeting yang di selenggarakan oleh DWP Kemenag RI dengan Tema “Motivasi Dalam Membangun Moderasi Beragama” acara di ikuti oleh 569 peserta terdiri dari unsur pelaksana DWP Kemenag RI, DWP Kanwil , Kabupaten Dan Kota. Termasuk DWP Kemenag Kota Magelang.
Narasumber pada kegiatan tersebut KH Prof. Quraisy Shihab yang menyampaikan tentang moderasi memiliki makna sikap dan pandangan yang tidak berlebihan/tidak ekstrim juga mengandung makna wasathiyah : pertengahan antara 2 ekstrim artinya mengambil sikap tengah antara 2 sikap ekstrim. Makna dari moderasi beragama itu bukanlah melakukan ”moderasi terhadap agama”, tetapi memoderasi pemahaman dan pengamalan umat beragama dari sikap ekstrem. Masalah wasathiyah atau moderasi perlu jadi pedoman dalam beragama , karena manusia adalah makhluk yang di perintah untuk membangun dan memakmurkan bumi.
Menangapi hal tersebut Ketua DWP Kemenag Kota Magelang Puryani Sofia melalui Sekretaris DWP Titik Soeprapti mengatakan pentingnya menerapkan peran perempuan serta berinovasi dalam kegiatan perempuan, ini penting mengingat dedikasi yang yang kuat agar menumbuhkan kreatifitas perempuan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan karakter perempuan. “Pemahaman penguatan moderasi dalam beragama dan kehidupan dijunjung tinggi untuk membekali dari keluarga tentang pemahaman agama untuk mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sosial” Jelas Puryani Sofia (Wahono)