Dialog Penguatan Kebangsaan Moderasi Beragama, Menyemai Masyarakat Rukun

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purwokerto (Humas) – Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah bersama dengan Komisi VIII DPR RI menyelenggarakan kegiatan Dialog Penguatan Kebangsaan Moderasi Beragama Angkatan X  tahun 2023 di Hotel Elsotel Purwokerto, pada Senin (16/10/23).

Selaku narasumber anggota Komisi VIII DPR RI Muhammad Fauzan Nurhuda Yusro, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banyumas  Ibnu Asaddudin, Turhamun dari LDNU dan Kasubbag TU KanKemenag Banyumas Wahyu Fauzi Aziz, selaku moderator. Dengan mengundang peserta 50 generasi muda dari beberapa kampus yang ada di Kabupaten Banyumas serta organisasi kepemudaan.

Dalam paparannya, Ibnu Asaddudin menyampaikan bahwa di negara Pancasila agama tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan demokrasi, negara juga memfasilitasi kehidupan agama dan beragama.

“Penerimaan normatif terhadap agama di satu sisi dan penghargaan terhadap perkembangan peradaban manusia di sisi lain menjadikan Indonesia bukan negara agama, bukan pula negara sekuler,” terangnya.

Lebih lanjut Kakankemenag menjelaskan bahwa Indonesia berhasil dalam mengelola perbedaan yang ada seperti agama, suku, budaya  dan adat istiadat , dengan keberhasilan ini melalui moderasi beragama  menjadikan negara lain ingin belajar ke Indonesia.

“Dalam kasus Eropa dan Arab, mengapa mereka gagal mengelola kebesaran wilayah dan persatuan?. Karena mereka gagal mengelola perbedaan, yang merupakan sunnatullah,” terangnya lebih lanjut.

“Kita suah melahirkan di tiga kecamatan yang namanya desa sadar kerukunan, kampung moderasi beragama, yakni  di Ajibarang, Kebasen dan Sumpiuh, disini peran FKUB sangat besar , mereka terus menerus keliling setiap saat. Kenapa masyarakat memikirkan agama yang lain, sementara agama sendiri juga perlu diperhatikan. Agama muncul dari Tuhan yang satu , tergantung keluasan masing-masing,  semakin luas pemahamannya maka dia tidak akan pernah mempermasalahkan yang lain, tetapi fanatik harus. Kementerian Agama tidak akan bisa bekerja sendiri, harus menggandeng Pemkab, TNI dan Polri . Maka tugas kita didalam program merah marun menyemai untuk masyarakat rukun,” pungkasnya.

Ditempat yang sama Nurhuda menyampaikan bahwa salah satu jalan untuk menyampaikan pemahaman kita adalah melalui dialog, karena dialog akan lebih efektif , karena ini merupakan titik temu antara dua perbedaan. 

“Pada saat  sedang melakukan dialog kita jangan mencari perbedaan itu, akan tetapi mencari persamaan dan titik tengah, ” ujarnya.

Sementara itu Unifah, salah satu peserta dari UIN Saizu Purwokerto mengaku senang mengikuti kegiatan penguatan moderasi beragama tersebut. “Perbedaan yang ada di masyarakat saat ini itu nyata, jika kita tidak memahami dan mempunyai toleransi yang tinggi akan perbedaan ini bisa menjadikan perpecahan. Terimakasih kepada kantor Kemenag dan Komisi VIII DPR RI, ilmunya sangat bermanfaat,” ujarnya. (yud/rk)