Temanggung – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung mengikuti acara Halal Bi Halal Nasional 1442 H secara virtual di ruang Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung yang digelar oleh DWP Kementerian Agama RI, Senin, (7/6). Halal bi halal tersebut menghadirkan penceramah KH. Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa dengan Gus Baha.
Halal bi halal yang mengangkat tema “Mempererat Silaturahim dalam Kebersamaan dan Keberagaman” ini dikuti oleh DWP PTKN, DWP Kanwil Kemenag Provinsi, Kankemenag Kab/Kota, Asrama Haji dan BDK / BLA se Indonesia. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Penasihat DWP Kemenag RI Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas, Ketua DWP Kemenag RI Parihah Nizar Ali.
Ketua DWP Kemenag RI menyampikan rasa syukurnya karena beberapa kegiatan DWP terlaksana dengan baik, diantaranya demo masak, berbagi paket sembako pada satpam, ofice boy, pensiunan, ojek online, yatim piatu, fakir miskin serta ke 8 pondok pesantren.
“Terimakasih juga kami sampaikan pada penasihat DWP Kemenag RI Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas yang telah melahirkan ide kreatif, inovatif dan bermanfaat yang dilaksanakan Dharma Wanita Kemenag,” ujar Farikhah.
Sesuai dengan tema acara, penasehat DWP Kemenag RI, Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutannya mengatakan program prioritas Kementerian Agama diantaranya tentang moderasi beragama.
Pada kesempatan tersebut, penasihat DWP Kemenag RI Eny Retno Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa moderasi beragama adalah program prioritas Kementerian Agama. Moderasi beragama pada masyarakat Indonesia yang prural baik itu etnis, budaya, agama serta merupakan negara dengan kepulauan terbesar.
“Moderasi beragama masyarakat Indonesia prular, etnis budaya, negara kepulauan terbesar secara sosiopolitik memilki landasan yang kuat dalam moderasi beragama. Kita tidak bisa pungkiri ada kekerasan yang mengatasnamakan agama, tidak hanya di Indoneisa tetapi di dunia. Ujaran kebencian yang dilakukan disosial media dan hubungan kemasyarakatan secara riil yang dibungkus dengan identitas keagamaan, ras, budaya telah mengikis rasa menghormati toleransi. Tidak hanya menjadi tugas pemerintah, Kemenag tetapi semua pihak. Kita patutnya mensyukuri keberagaman tersebut, serta saling mengelola perbedaan dengan baik dan saling menguatkan,” terangnya.
Sementara itu, Gus Baha menyampaikan hidup berdampingan dengan keberagaman adalah situasi yang sudah ada sejak dahulu. Untuk bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat yang beragam ini, harus ada sikap saling memaafkan. Memaafkan adalah kunci bisa bersosialisasi dengan keluarga, teman, maupun tetangga.
Gus Baha mengatakan, begitu banyaknya keteladanan Nabi dan ulama zaman dahulu ini harus menjadi ibrah (pelajaran) bagi umat Islam untuk saling memaafkan antar teman, tetangga, dan antar warga Indonesia.
“Diantara pokok sifat dasar Nabi adalah pemaaf. Perintah Allah untuk berbuat baik karena sifat dasar orang baik, yang selalu menanggapi keburukan dengan kebaikan. Ini cerita kebaikan orang dulu. Islam mengajarkan kebaikan sosial karena kebaikan Allah SWT, ” ujar Gus Baha.
Usai mendengakan tausiyah kegiatan selanjutnya menampilkan video ucapan Hari Raya Idul Fitri pada Kanwil Kemenag Provinsi se Indonesia.(sr/bd)