081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

Search
Close this search box.

Edukasi Tanpa Ceramah, Gereja Kristus Raja Salatiga Tumbuhkan Kesadaran Pilah Sampah

Salatiga (Humas) – Masih dalam rangka kampanye penguatan ekoteologi, dimana tokoh agama dan ajaran agamanya berkontribusi dalam menjaga alam, Pembimas Katolik dan Tim Kerja Kerukunan Umat Beragama (KUB) Kanwil Kemenag Provinsi Jateng berkunjung ke Gereja Paroki Kristus Raja Semesta Alam Kota Salatiga, Minggu (23/3/2025).

Diepisode program GASPOLL (Gerakan Silaturahmi Peduli Toleransi dan Lingkungan) sebelumnya mengenai praktik baik di Pura Agung Giri Natha Kota Semarang dan Vihara Bodhi Dharma Loka Kabupaten Temanggung, ternyata Gereja Kristus Raja Semesta Alam memiliki kegiatan rutin memilah sampah.

Kegiatan ini telah berjalan baik sejak 2022. Secara komulatif, setiap tahunnya bisa mencapai 1 ton sampah yang telah dipilah. Rutin setiap bulan, Gereja akan menyetor sampah pilahan ke Bank Sampah Induk Kota Salatiga. Hasil penjualannya akan digunakan untuk donasi pendidikan bagi umat.

“Tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi Gereja kami juga turut menjaga kelestarian lingkungan, kami mengedukasi umat turut serta dalam pemilahan sampah dari rumah. Setiap misa umat dapat membawa sampah mereka lalu dapat ditempatnya di drop box yang sudah disediakan, ” tutur Romo Brian dengan ramah.

Penanggungjawab Tim Pelayanan Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup Gereja Kristus Raja Semesta Alam, Yesika menjelaskan bahwa program ini biasa disebut sebagi “Edukasi Tanpa Ceramah”.

“Sebulan sekali seusai ibadah, tim pelayanan akan memilah sampah disini, dengan begitu memberikan contoh langsung kepada umat untuk peduli lingkungan dan memilah sampahnya dari rumah. Edukasi tidak melulu melalui seminar atau ceramah, tapi dengan action,” tutur Jesica.

Mewakili Kakanwil Saiful Mujab, Pembimas Katolik Fransiskus Kariyanto dan Ketua Tim Kerja KUB Zaimatul Chassanah juga menyerahkan bibit tanaman tabebuya dan matoa. Selanjutanya dilaksanakan penanaman bibit bersama-sama.

“Tanaman ini menjadi simbol persatuan dan keterikatan manusia dengan alam. Dan harapannya pohon yang ditanam ini dapat tumbuh subur dan mendukung keasrian serta kelestarian di lingkungan Gereja, sebagai salah satu cara merawat bumi sebagai rumah bersama”. pungkas Kariyanto. (PS/BEL)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content