Eny Yaqut Cholil : Moderasi Beragama Kebijakan dan Program Unggulan Kemenag.

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kab. Pekalongan – Bertempat di ruang Zona Integritas, Ketua DWP Kankemenag Kabupaten Pekalongan, Hj. Ida Sofanah Kasiman Mahmud Desky beserta jajaran pengurus lainnya turut mengikuti rangkaian acara Halal Bi Halal Nasional 1442 H DWP Kementerian Agama RI secara daring. Senin, (7/6). 

Rangkaian kegiatan acara Halal Bi Halal Nasional 1442 H ini dilaksanakan dalam rangka mempererat tali silaturahmi antar anggota DWP Kementerian Agama RI dengan mengusung tema “Mempererat Silaturahmi dalam Kebersamaan dan Keberagaman”. 

Linda Damayanti selaku Ketua DWP Kanwil Kemenag Prov. Jateng dalam layar tampak hadir bersama beberapa anggota DWP lainnya. 

Acara yang dibuka dengan Laporan Ketua DWP Kemenag RI, Farikhah Nizar Ali dilanjutkan dengan sambutan serta pengarahan oleh Penasehat DWP Kemenag RI, Eny Yaqut Cholil.

“Hampir selama 6 bulan kita bersinergi bersama dalam DWP Kementerian Agama RI, tentunya pasti ada khilaf, baik tuturkata maupun perilaku kami yang salah, saya secara pribadi mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, mohon maaf lahir dan batin,” ujar Eny Yaqut Cholil.

“Penguatan Moderasi Beragama yang merupakan salah satu kebijakan dan program unggulan Kementerian Agama yang paling krusial ini bersumber pada fakta bahwa masyarakat Indonesia sangat plural multikultural baik suku, etnis, agama, bahasa, budaya dan secara geografis adalah negara kepulauan terbesar, sehingga secara sosio politik Indonesia memiliki landasan yang kuat dalam mengembangkan program-program strategis Moderasi Beragama dalam kerukunan umat beragama dalam konteks ke Indonesiaan,” tambahnya.

Dipaparkan pula bahwa menjadi tugas kita bersama untuk bisa menjaga keberagaman yang ada, bersama-sama untuk bisa menjalankan program prioritas Penguatan Moderasi Beragama.

Rangkaian acara halal bihalal dilanjutkan dengan ceramah tauziah siraman rohani yang disampaikan oleh Almukarom K.H Bahauddin Nursalim (Gus Baha). 

Gus Baha dalam uraian tauziahnya menjelaskan tentang cara hidup berdampingan dengan agama lain.

“Saling memaafkan adalah kunci dalam bersosialisasi dengan semua orang, seluruh warga Indonesia,” ujar Gus Baha.

“Dalam Kitab As Syifa yang menerangkan tentang kelebihan-kelebihan Rasulullah SAW, di dalamnya tertulis bahwa sifat dasar nabi adalah pemaaf, suatu ketika nabi mengalami luka yang disebabkan oleh musuh-musuhnya.” terangnya.

“Ada yang memberi saran kepada nabi untuk melaknat mereka yang memberi luka dan biadab kepada nabi, namun nabi menjawab bahwa dirinya tidak ditugaskan Allah untuk menjadi tukang laknat tetapi diutus untuk berdakwah yang baik dan menjadi rahmat, sehingga Nabi justru memanjatkan doa “Ya Allah berilah hidayah karena perilakunya yang demikian karena ketidaktahuan” jelasnya.

Ini yang seharusnya menjadi tauladan ataupun menjadi pelajaran bagi kita semua, agar ketika kita mendapatkan perlakuan kurang baik dari sesama kita mungkin karena ketidaktahuan mereka, maka kita akan dengan mudah untuk memaafkan.” pungkasnya. (Ant/bd).