Semarang (Humas) – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menerima Audiensi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Timur yang dipimpin Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi, didampingi Kepala Kanwil Kemenag Kaltim, Abdul Khaliq dan Ketua FKUB Prov. Kaltim, Asmuni Alie, Ketua MUI Kaltim, Muhammad Rasyid beserta badan Bakesbangpol, dan Pengurus FKUB dari Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu pagi, 21/6 di Kantor Gubernur Jawa Tengah.
Turut hadir ketua FKUB Prov. Jateng, Taslim Syahlan, Kepala Biro Kesra Prov. Jateng, Imam Maskur, Kakanwil Kemenag Jateng yang diwakili Ketua Tim FKUB Kanwil Kemenag Jateng, Zaimatul Chasanah, beserta seluruh pengurus FKUB dan organisasi keagamaan di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Wakil Gubernur Prov. Kaltim mengatakan bahwa kedatangan FKUB Kaltim ke Jawa Tengah ingin belajar dan mendengar secara langsung terkait kerukunan antar umat beragama di Jawa Tengah.
“Meskipun tiap daerah memiliki kelebihan masing-masing, tetapi tidak ada salahnya untuk saling belajar. Banyak hal yang ingin kami tanyakan seputar kondisi kerukunan umat beragama di Jawa Tengah. Salah satunya nagaimana cara mengelola perbedaan yang luar biasa, memimpin 37 juta penduduk dengan berbagai permasalahan dan perbedaannya,” ujar Hadi Mulyadi.
Hadi juga menyampaikan bahwa Kalimantan Timur merupakan satu diantara provinsi yang kondusif di pulau Kalimantan. Tiga kali mendapatkan penghargaan Harmoni Award dari Kementerian Agama. Kaltim siap hidup berdampingan dengan suku dan agama apa saja dengan damai.
“Tetapi disisi lain, di Jawa Tengah banyak hal yang bisa kita pelajari. Kami dapat laporan bahwa di Kab Klaten FKUB nya terbentuk sampai tingkat desa, dan itu pertama dan terbesar se Indonesia,” ucapnya.
Menurut Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Kalimantan Timur juga merupakan tempat yang kerukunan umat beragamanya sangat bagus sekali. Kemudian Ganjar menceritakan tentang bagaimana kerukunan umat beragama bisa tetap terjaga baik di Jawa Tengah.
“Bagaimana masyarakat Jawa Tengah bisa menerima perbedaan untuk kerukunan umat beragama adalah dengan kita edukasi. Kemudian moderasi beragama yang kita gunakan untuk merawat kerukunan. Nah cerita-cerita sederhana ini mesti masuk ke media sosial,” ujarnya.
Gubernur menceritakan bahwa generasi Milenial (tahun 2000 an) yang sekarang mungkin usianya 30 tahunan, berbeda dengan generasi Z, yang saat ini masih berusia belasan. Pertanyaannya, apakah kita mau masuk ke wilayah itu apa tidak?
Era saat ini visual menjadi penting dengan adanya teknologi. Sehingga obrolan yang dari ruangan terbatas bisa tersampaikan di ruang tak terbatas. Ketika kehidupan digital harus dimasuki untuk bisa memahaminya.
“Di Jawa Tengah kita buat FKUB muda. Dimana mereka adalah agen kita yang bisa bicara dalam preferensi bahasa yang sama. Apa itu kebaikan, apa itu penghormatan. Tentunya kita akan mendapatkan tantangan, tetapi inilah moderasi yang menjadi tanggung jawab kita bersama,” jelas Ganjar.
Ketika ada persoalan keagamaan, pemerintah akan meminta FKUB untuk berbicara lebih dulu. Di sinilah dialog itu menjadi jalan keluar. Ngobrol dan membangun komitmen menjadi penting, bagaimana tokoh-tokoh agama dan pemerintah bisa menyemai toleransi.
Closing statement, Gubernur Ganjar mengharapkan soliditas penuh antara pemerintah, FKUB dan tokoh masyarakat.
“Perbedaan dan keberagaman adalah Sunnatullah. Adanya Bhineka Tunggal Ika, membuat kita harus memberikan teladan. Baik pemerintah, FKUB dan tokoh-tokoh masyarakat harus berkomitmen satu, menjaga itu (Keberagaman dan Persatuan Indonesia),” tutupnya.(Sua/Rf)