Gus Mus: Ulama Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Ulama mempunyai peran yang sangat besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun hal itu belum pernah tercatat dalam sejarah Indonesia. Harapannya, hari santri nasional ini bisa menjadi momen sejarah untuk menggarisbawahi bahwa ulama merupakan salah satu peletak kemerdekaan Indonesia.

Demikian dikemukakan oleh Gus Mus dalam menyambut ribuan santri asal Jawa Timur dan Kabupaten Rembang dalam kirab santri Resolusi Jihad Senin siang (19/10). Para santri ini akan menghadiri deklarasi Hari Santri Nasional yang berlangsung pada 22 Oktober mendatang.

Salah satu Ulama Mekkah, Sayyid Muhammad bahkan menulis bahwa hadratus syaikh Hasyim Asyari merupakan peletak batu pertama kemerdekaa Indonesia. “Namun hal itu tidak tertulis di sejarah,” ujar Beliau.

Dikemukakan Gus Mus, inisiatif Hari Santri sebenarnya merupakan ide dari pemerintah. Namun para Ulama meminta penentuan tanggal 22 Oktober.

Sebelum sowan ke ponpes Roudlotut Tholibin ini, Ribuan santri larut dalam perhelatan Kirab Santri yang berlangsung dengan begitu meriah pada pagi harinya. Beberapa marchingband dari sejumlah sekolah dan madrasah dengan semangat memainkan alat musiknya dan membawakan lagu-lagu sholawat serta lagu-lagu daerah untuk memandu kirab santri yang berasal dari daerah Jawa Timur dan Kabupaten Rembang tersebut. Mereka mengadakan long march dari alun-alun Rembang menuju ponpes di bawah asuhan Gus Mus, disaksikan oleh ribuan masyarakat sekitar yang tumpah ruah di komplek alun-alun tersebut dan sepanjang jalan menuju ponpes.

Ketua PCNU Kabupaten Rembang selaku penyelenggara kegiatan, Sunarto menjelaskan, ribuan santri yang berasal dari daerah-daerah tingkat II di Jawa Timur tersebut menjemput santri dari Lasem dan Rembang, bersama-sama berangkat menuju Jakarta untuk menghadiri deklarasi Hari Santri Nasional.

Rombongan santri terlebih dahulu sowan di Ponpes Al-Anwar Sarang (KH Maemoen Zubair), dilanjutkan sowan ke Ponpes Al-Hidayat Lasem (alm. KH Makshum), dan bersama-sama sowan ke KH Musthofa Bisri di Ponpes Raudhatut Thalibin Rembang.

Santri asal Rembang yang akan berangkat menuju Jakarta ini dilepas secara resmi oleh Penjabat Bupati Rembang, Suko Mardiono. Acara juga turut dihadiri oleh jajaran Muspida Rembang dan Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, Athoillah. Dalam sambutannya, Suko mengatakan, pesantren mempunyai peran yang penting dalam pembangunan nasional.

Sunarto menambahkan, hari santri nasional merupakan resolusi jihad para ulama terdahulu dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 22 Oktober 1945, di bawah pimpinan KH Hasyim Asyari, berkumpullah para santri dan ulama se-Jawa Madura di Surabaya, untuk mengantisipasi penjajah yang akan masuk lagi di wilayah Indonesia. Maka para Kyai memutuskan bahwa melawan penjajah hukumnya adalah fardlu ain. Dan dua minggu kemudian, meletuslah perang pada 10 November 1945 yang diperingati sebagai hari Pahlawan Nasional. “Dan karena itu, 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri nasional,” lanjutnya. —Shofatus Shodiqoh