Temanggung – Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam, oleh karena itu Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada para pemeluknya untuk mengembangkan Islam secara damai, mudah diterima semua kalangan dan tidak diskriminatif.
“Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang bunyinya, “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan? Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini,” terang K. Muhammad Chozin dalam sambutannya.
“Jika ingin merasakan Indonesia yang damai sejahtera, maka yang harus dibenahi adalah moral bangsanya, bukan sekedar pendidikan belaka. Dan pendidikan moral yang sesungguhnya, yang komplit, dan yang diperintahkan oleh pencipta manusia adalah Islam. Setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu kita akan mampu menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan diciptakannya kita, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam,” lanjutnya.
Hal itu disampaikan oleh K. Muhammad Chozin pimpinan Pesantren Sumur Blandung Kaloran pada saat acara Halal bi halal Keluarga Besar Pokjawas di depan para Pengawas dan mantan Pengawas Kementerian Agama Kabupaten Temanggung, Rabu (04/07) di RM. Kampung Sawah.
Selanjutnya beliau juga menyampaikan bahwa akulturasi budaya antara Islam dengan kebudayaan nusantara dapat dilihat dari berbagai peninggalan sejarah. Adanya bentuk masjid menyerupai candi, tradisi yang masih dilestarikan sebagian masyarakat menunjukkan bahwa Islam datang di Indonesia diterima tanpa konfrontasi.
“Oleh karena itu tradisi halal bi halal sebagai local wisdom layak dilestarikan, karena didalamnya merupakan pengejawantahan dari perintah Allah dan RasulNya,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut Kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung yang diwakili Kasi Pendididkan Madrasah, Munsiri menyampaikan bahwa tradisi silaturahmi dan saling memaafkan di hari raya idul fitri menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas kinerja segenap aparatur di lingkungan Kementerian Agama. Oleh karena itu tradisi tersebut harus senantiasa dilestarikan, ujarnya.(sr/sua)