Tegal – Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat pendalaman dan kajian ilmu-ilmu Agama Islam (Tafaqquh fid din) dalam upaya mendidik dan mempersiapkan kader-kader ulama, dai, muballigh dan ustadz yang sangat dinanti dan dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi ciri khas Pondok Pesantren adalah penyelenggaraan program kajian ilmu-ilmu agama Islam yang bersumber pada kitab-kitab yang berbahasa Arab yang disusun pada zaman pertengahan yang lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning.
Dalam upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri untuk terus mempelajari kitab-kitab kuning sebagai sumber utama kajian utama ilmu-ilmu agama Islam, maka penyelenggaraan perlombaan membaca, menerjemahkan dan memahami kitab kuning bagi santri pondok pesantren, melalui Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) antar pondok pesantren sangat tepat. Hal itu disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Farhani, dalam sambutan pembukaan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Jawa Tengah di Pondok Pesantren Ma’hadut Tholabah Babakan Lebaksiu Kab. Tegal (11/28) yang akan berlangsung hingga tanggal 30 November 2016.
Dihadapan para undangan antara lain: Wakil Bupati Tegal – Umi Azizah, Gubernur Jateng (Diwakili Biro Bintal), Danrem, Kabag TU Kanwil Kemenag Jateng, para Kepala Kankemenag, para camat dan para ulama di Tegal, Farhani berharap melalui kegiatan ini bisa menjadikan para santri semakin mempererat tali silaturahmi sekaligus sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan kecintaan terhadap karya besar para ulama (kitab kuning) serta bisa berusaha sekuat tenaga dengan diiringi sikap kejujuran dan keterbukaan untuk memperoleh prestasi sebaik-baiknya.
Lebih lanjut disampaikan Kakanwil, bahwa beberapa pondok pesantren saat ini mengalami pergeseran nilai. Mereka tidak lagi mengajarkan kitab-kitab kuning. Mereka hanya mengajarkan agama hanya pada bagian bagian tertentu yang dianggap penting. “Justru para santrinya diberikan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan ilmu agama hanya sebatas pokoknya saja,” ungkap Farhani. Dengan MQK diharapkan bisa mengembalikan pondok pesantren pada khittahnya. Kakanwil mengajak untuk 1) menjaga jadi diri pesantren yakni sebagai lembaga yang mengkaji kitab kuning. 2) menjadi perekat antar sesama umat Islam, menjadi pelopor kerukunan dan menjadi pemersatu bangsa sesuai dengan tema MQK kali ini Dari Pesantren Untuk Bangsa. 3) memperteguh nilai nilai ajaran Ahlus sunnah wal jamaah.
Kakanwil juga mengatakan bahwa Jawa Tengah akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan MQK Nasional Tahun 2017 di Pondok Pesantren Raudlatul Mubtadiin Balekambang Jepara. “Sudah 6 kali Tengah hanya bisa menjadi Juara Kedua, maka Tahun 2017 nanti Jawa Tengah harus bisa menjadi Juara Umum,” tegasnya.
Usai menyampaikan sambutan, Kakanwil membuka secara resmi kegiatan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 ditandai dengan pemukulan bedug.
Sebelumnya dilaporkan oleh Kepala Bidang Pendidikan Diniyah & Pondok Pesantren, Sholikhin, melaporkan bahwa MQK Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 diikuti oleh peserta sebanyak 950 orang ditambah pelatih, official, dan pendamping hingga total berjumlah sekitar 1.300 orang.
Umi Azizah, Wakil Bupati Tegal, menyampaikan bahwa Pemerintah Kab. Tegal sangat menyambut gembira dan mendukung terselenggaranya kegiatan MQK ini karena sejalan dengan misi pemerintah Kab. Tegal. “Ketika tim Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa mengadakan Audiensi dengan Pemkab Tegal, tanpa pikir panjang kami menyanggupi untuk ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan MQK. Ini suatu penghormatan bagi kami,” kata Wakil Bupati Tegal.
Sementara itu, Gubernur dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Biro Bintal Setda Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan apresiasi yang tinggi karena kegiatan ini dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. “Kegiatan ini sangat positif untuk peningkatan kualitas mental pemuda sekaligus menjadi wujud upaya meningkatkan pemahaman ajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab kuning,” kata Maksum membacakan sambutan Gubernur.
Selanjutnya diharapkan kepada para santri agar tidak hanya belajar ilmu agama melainkan juga belajar ilmu pengetahuan dan teknologi. Para peserta diharapkan bisa menampilkan kemampuan dengan sebaik-baiknya. “Jangan grogi, jangan minder, jangan demam panggung. Santai saja, tampilkan yang terbaik,” kata Maksum membacakan sambutan Gubernur.(fat/gt)