Kakanwil Membersamai Menteri Agama RI Dalam Launching UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Sekaligus Meresmikan Gedung SBSN

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mahasiswa dan Warga Universitas menyambut baik launching UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Dimana dalam kegiatan tersebut sekaligus juga meresmikan Gedung SBSN, pada Selasa, 27/9.

Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas hadir untuk melaunching dan meresmikannya. Selain Menag, hadir pula Irjen Kemenag RI, Faisal Ali Hasyim, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof. Muhammad Ali Ramdhani, Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija, serta Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, Musta’in Ahmad, dan perwakilan dari keluarga, Inayah Wulandari Wahid, putri bungsu KH. Abdurrahman Wahid.

Di terima oleh Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Prof. Zaenal Mustakim, dan seluruh sivitas akademika di Kampus II UIN K.H. Abdurrahman Wahid, Rowolaku, Kec. Kajen, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah.

Launching ditandai dengan menekan tombol sirine oleh Menag bersama perwakilan keluarga Gus Dur Inayah Wulandari Wahid, Anggota Komisi VIII DPR Nurhuda, Dirjen Pendis Ali Ramdhani, Rektor UIN Pekalongan Zaenal Mustakim, serta Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Musta’in Ahmad.

“Gus Dur adalah humanisme itu sendiri. Didiklah mahasiswa yang ada di sini sebagai seorang humanis,” kata Menag. 

Menurut Menag, Gus Dur mengajarkan nilai kasih sayang dan memanusiakan manusia. Menag juga mengisahkan cerita Gus Dur saat dilengserkan dari kursi presiden. Saat itu, ada kubu yang mendukung Gus Dur untuk dilengserkan dan ada yang tetap meminta Gus Dur melanjutkan tugasnya sebagai kepala negara. 

Mengingat potensi rusuh antar kedua kubu, Gus Dur memilih untuk meninggalkan istana daripada bertahan. Keputusan ini diambil semata karena Gus Dur sayang kepada kemanusiaan. 

“Tidak ada satu jabatan-pun yang lebih berharga dari pada kemanusiaan,” kenang Menag tirukan ungkapan Gus Dur. 

Menag berharap kehadiran perwakilan keluarga KH. Abdurrahman Wahid dalam acara ini sebagai wujud restu. Tentu saja hal itu disambut baik putri Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, dan berharap UIN yang menyandang nama ayahnya dapat menjadi tempat lahirnya para penggerak civil society, sebagaimana yang dicontohkan ayahnya. 

“Gus Dur adalah seorang penggerak civil society. Jadi penggerak tidak mudah. Itulah yang ditunjukkan dan dimunculkan oleh Gus Dur, penggerak demokrasi,” ungkap Inayah. 

Inayah menambahkan, tidak ada demokrasi yang dapat berjalan, jika tidak ada inklusifitas atau keterbukaan terhadap yang lain. “Maka saya sangat berharap inklusifitas itu terwujud di UIN Gus Dur ini,” kata Inayah.

Sebelumnya, Rektor UIN KH. Abdurrahman Wahid, Zaenal Mustakim menyampaikan bahwa usulan nama kampus ini langsung disampaikan oleh Gusmen. “Kami menyambut usulan ini dengan senang dan gembira. Tidak ada penolakan, bahkan nama ini justru menyatukan,” kata Zaenal. 

Zaenal juga menyampaikan bahwa ada sejumlah harapan besar dari disematkannya nama KH. Abdurrahman Wahid bahkan dari kalangan internal. “Kami berharap UIN Gus Dur ini dapat berkarya dan berkontribusi bagi bangsa dan negara. Bahkan kami harap dapat berkontribusi bagi dunia,” ungkap Zaenal.

Usai acara, Menag meninjau gedung perpustakaan dan menandatangani prasasti peresmiannya serta gedung fakultas. Hadir Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM Abu Rokmad, juga para Staf Khusus Menag, yaitu: Abdul Rachman, Wibowo Prasetyo, dan M. Nuruzzaman. Tenaga Ahli Hasan Basri Sagala, Hasanudin Ali, Syaltout Syahiduhaq. Para pimpinan PTKIN, Pejabat eselon II Kemenag, serta Forkompimda Kabupaten Pekalongan.(Sua/Rf)