Kejar Efisiensi, Penyelenggara Katolik Gelar Pembinaan Guru Di Gereja

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Karanganyar – Belakangan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak hanya dituntut masyarakat luas untuk meningkatkan kinerjanya. Namun, dituntut juga untuk menghemat penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Terlebih setelah dikeluarkannya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPanRB) Nomor 10 Tahun 2014 tanggal 14 November 2014 tentang Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara.

Menindaklanjuti ekspektasi masyarakat dan surat edaran tersebut, pada hari Selasa, 16 Desember 2014 penyelenggara Katolik Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar yang dipimpin oleh Erwan Sucahyo menyelenggarakan pembinaan guru Agama Katolik dengan memanfaatkan rumah ibadahnya, yaitu di Aula Gereja Katolik Santo Pius X Karanganyar.

Jauh hari sebelumnya, ketika ramai diperbincangkan tentang surat edaran efektivitas dan efisiensi kerja PNS serta instruksi MenPanRB untuk mengkonsumsi makanan lokal, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar, Mustain Ahmad mengatakan bahwa pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar sudah terbiasa menghidangkan makanan lokal/tradisional seperti ubi, getuk, kacang dan lain sebagainya untuk jamuan rapat.

“Kebiasaan baik yang sudah kita lakukan sejak dulu tinggal dilanjutkan saja, berarti dari dulu kita sudah berhemat. Jadi kita tidak perlu cemas dengan surat edaran tersebut”, ujar Mustain.

Pembinaan yang diselenggarakan Penyelenggara Katolik bertujuan agar guru agama menjadi profesional dengan memiliki empat kompetensi sesuai Undang-undang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 (Depdiknas, 2005), yaitu pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

Saat menyampaikan pembinaan, Mustain mengingatkan bahwa Tuhan mempunyai maksud menjadikan seseorang guru agama. Jadi guru agama harus memiliki marwah dan kehormatan pada dirinya dengan meningkatkan kualitas dan mutunya.

“Guru memiliki makna yang dalam, yaitu dapat diartikan dengan digugu dan ditiru. Jadi setiap ucapan, tindakan atau laku nya sebagai suatu pedoman atau penuntun”, ucapnya.

Lebih lanjut Mustain berpesan agar guru tidak hanya terbatas pada pengajaran, tapi paling urgen adalah mencetak karakter murid yang baik. (Hadi)