Kemenag Ikut Bentengi Masyakarakat Pedesaan Dari Paham Radikalisme

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonogiri secara aktif dan konsisten ikut bentengi masyarakat termasuk di pedesaan dari paham radikalisme, salah satunya dalam acara Safari Bupati ke dusun miskin yang di kemas dengan buka puasa bersama dan tarawih keliling yang di kemas dengan dialog serap aspirasi Bupati Wonogiri yang di isi dengan ceramah kebangsaan dari Kemenag, Minggu (03/06) di Dusun Babadan, Banaran Pracimantoro.

Hadir dalam acara tersebut Bupati Wonogiri, Joko Sutopo ikut mendampingi Kepala Kankemenag, H. Subadi  dan Kasubbag TU, Kabag Kesra, Kabag Umum, Camat Pracimantoro dan warga dusun Babadan

Dalam ceramah kebangsaannya Kasubbag TU Kankemenag Wonogiri, H. Haryadi menyampaikan materi tentang bahaya dan paham radikalisme, juga  menyampaikan keagamaan yang terjadi kekinian yang tentang Islam rahmatan lil ‘alamin dan pencegahan radikalisme, menurutnya Kementerian Agama secara konsisten terus-menerus berupaya menekan dan menangkal berkembangnya pemikiran yang mengarah kepada paham radikal atau intoleran. Salah satunya dengan menggencarkan upaya internalisasi nilai-nilai Islam rahmatan lil a’alami melalui berbagai penyuluhan kepada umat.

Adapun ciri dari paham radikalisme menurut H. Haryadi adalah intoleran, fanatik, eksklusif, dan revolusioner. Untuk itu pemahaman radikalisme perlu disosialisasikan kepada masyarakat tidak mudah larut ikut-ikutan mengikuti paham yang menyesatkan dan tetap bersikukuh dengan ideologi Pancasila sebagai upaya untuk tetap menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kepada masyarakat termasuk yang ada di pedesaan untuk membentengi moral  keluarganya dari arus globalisasi serta diharapkan dapat meningkatkan keimanan, ketaqwaan, berakhlaq mulia, serta mempererat ukhuwah Islamiyah, membina persaudaraan, toleransi beragama dan kesatuan bangsa,” harap Haryadi.

Menurut Ka. Subbag TU untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju dan makmur, tidak hanya dibutuhkan generasi atau masyarakat yang cerdas dan kreatif saja, tetapi juga berakhlakul karimah dan mampu menjadi rahmat bagi semesta. Untuk itu, internalisasi nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin dan sikap moderat menjadi keharusan. (Mursyid_heri/Wul)