Karanganyar – Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar menyerahkan bantuan kepada warga di Dusun Jengglong, Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar yang terkena dampak tanah longsor pada Kamis kemarin, (18/02). Bantuan tersebut diserahkan oleh Kepala Kankemenag Kabupaten Karanganyar melalui Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (BIMIS), Yusuf pada Supriyanto salah satu korban yang rumahnya tertimbun material longsor.
Bantuan yang diserahkan kepada Bapak Supriyanto tersebut berupa uang tunai sejumlah lima juta rupiah yang berasal dari patungan pegawai Kemenag dan KUA. Menurut Kasi Bimas Islam, uang tunai tersebut segera diberikan agar dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, mengingat lahan yang biasa digunakan untuk bertani tertimbun longsor.
“Kemenag sengaja memberikan uang tunai pada korban secepat mungkin, tujuannya agar dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Karena menurut informasi, belum ada bantuan yang turun kepada Bapak Supriyanto. Mungkin dari pihak Pemda masih mendata dahulu, jadi kemungkinan agak lama,” terang Yusuf.
Sementara ini keluarga Supriyanto beserta putrinya Unga Maryam yang merupakan seorang penyuluh agama Islam non PNS tinggal di kediaman orang tuanya. Saat kejadian tanah longsor pada hari Rabu, (10/02), dia beserta keluarganya sedang menjenguk orang tuanya yang kebetulan sakit, sehingga selamat dari dampak longsornya tanah.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, karena sejak longsor pertama pada tahun 2007 di Dusun Tasin, Beruk, Jatiyoso, semua warga sudah direlokasi. Rumah Bapak Supriyanto ini terpisah dengan rumah warga lainnya, yaitu berada di perbatasan dusun Tasin, sehingga ketika kejadian longsor kemarin, hanya rumah milik Bapak Supriyanto yang terkena dampaknya.
Kepada Bapak Supriyanto dan keluarga, Kasi Bimas Islam menyampaikan rasa prihatinnya atas musibah yang dialami. “Mudah-mudahan dengan peristiwa yang dialami panjenengan sekeluarga ada hikmah yang bisa diambil. Teruslah bersabar dan berdoa agar dimudahkan urusannya nanti. Tidak lupa untuk meneruskan perjuangan dakwah yang selama ini dilakukan”, ucap H. Yusuf saat berbicara dengan keluarga korban.
Untuk sampai ke rumah yang kini ditinggali oleh Bapak Supriyanto, tidak jarang tim dari Kemenag yang berjumlah 15 orang (10 penyuluh dan 5 staf BIMIS) mendapat beberapa masalah. Jalan menanjak, curam dan sempit membuat mobil tahun 90-an yang dikendarai tim Kemenag berulangkali macet karena tidak kuat mengangkut delapan orang pegawai didalamnya. (Hd/gt)