KAB.PEKALONGAN,- Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pekalongan, Drs. H. Sukarno, MM menghadiri penetapan dan peresmian Stasi Santo Yohanes Rasul Karanganyar menjadi Paroki Santo Yohanes Rasul pada Selasa (27/12/2022). Misa perdana peresmian menjadi paroki baru di ikuti oleh ratusan umat Katolik dari sejumlah Stasi di Kabupaten Pekalongan umat menyaksikan misa peresmian dan misa perdana di Paroki Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul, umat yang hadir diantaranya dari Stasi Wiradesa, Sragi, Kajen, Doro, Karanganyar dan Kedungwuni serta para undangan dari keuskupan Purwokerto dan luar Kabupaten Pekalongan lainya.
Peresmian dilakukan oleh bupati pekalongan, Fadia A Rafiq, sekaligus mengeksekusi prasasti sebagai tanda perubahan stasi menjadi paroki. Fadia mengatakan dirinya adalah ibu dari semua warga Kabupaten Pekalongan yang tidak boleh membedakan apapun agamanya. “Saya siap menjadi ibu dari agama kristiani baik prostespan atau katolik, muslim, hindu, budha, pokoknya selagi ber-KTP Kabupaten Pekalongan itu anak saya”, kata Fadia.
Fadia mengingatkan, bahwa sejauh ini masyarakat Kabupaten Pekalongan telah hidup dengan baik, berdampingan, rukun dan tidak ada masalah walaupun berbeda agama, dan semoga toleransi ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain.
Sementara itu Uskup Purwokerto, MGR. Christophorus Tri Harsono mengatakan bahwa peremian Paroki Santo Yohanes Rasul ini, bukan pendirian Gereja baru, tetapi Gereja yang sudah ada lebih bisa melayani lebih luas cakupannya. Ia juga menyampaikan kepada sejumlah awak media yang hadir, bahwa dirinya merasa bangga dan bahagia dengan rasa kasihnya Bupati Pekalongan tidak membatasi kecintaan kepada warganya dengan tidak memandang perbedaan agama.
“Ini sungguh menjadi tanda kebersatuan yang luar biasa yang menjadi contoh dialog, contoh toleransi, contoh hubungan umat beragama yang Indonesia adalah juaranya, “ungkap Tri Harsono.
Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Pekalongan yang telah hadir dan menyemangati untuk menjunjung tinggi kebersamaan dalam keberagaman. “Kalau Stasi itu masih kecil dan tanggung jawabnya belum bisa diajak apa-apa. Tapi sudah berkumpul stasi-stasi menjadi paroki, tanggung jawab untuk ikut ambil bagian dalam membangun bangsa dan negara ini dan menyejahterakan masyarakat serta bersatu melakukan perdamaian dan kerja sama dengan pemerintah daerah”, pungkas Tri Harsono. (Pur/MTb/bd)