Menag : Bumikan Ilmu Falak di Indonesia

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam Sukoharjo, Surakarta, Jawa Tengah menggelar ACARA HALAQAH FALAKIYAH NASIONAL yang berlangsung mulai tanggal 18-20 Ramadhan 1436H / tanggal 5-7 Juli 2015. Acara yang mengambil tema “MEMBUMIKAN ILMU FALAK DI INDONESIA” dilanjutkan dengan Peresmian Observatorium Assalam oleh Menteri Agama.

Hadir dalam acara tersebut Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, Direktur Pendidikan Tinggi Islam Amsal Bakhtiar, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Mochsen, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Mochtar Ali, Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jateng Ahmadi dan Kepala Kanwil Kemenag Prov. DIY Nizar. Adapun peserta berasal dari 32 Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia, 120 Penggiat Ilmu Falak dan Astronomi dari Akademisi Perguruan Tinggi, Praktisi dan Pondok Pesantren se-Indonesia yang tergabung dalam ASTROFISIKA (Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka), serta diikuti Kepala KUA se-karesidenan Solo Raya dan Dewan Asatidz Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam.

Dalam sambutannya Menag mengatakan bahwa, “Tujuan diadakannya halaqoh falaqiyah; pertama, untuk menyamakan persepsi tentang keberadaan kitab-kitab Falak di Indonesia. Kedua, menyamakan persepsi pentingnya perpaduan antara teoritik (hisab) dan observasi (pengamatan) dalam kajian ilmu Falak terutama didalam penentuan awal bulan Hijriyah diIndonesia. Ketiga, agama dalam penetapan awal bulan Hijriyah di Indonesia terutama pada penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Keempat, Perlunya membangun kebersamaan dalam melaksanakan ibadah yang mempunyai nuansa sosial untuk memperkokoh Ukhuwah Basyariyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Islamiyah.”

Di Indonesia antara ulama dan umaro yang tidak dapat terpisahkan dalam memberikan terutama perlunya penyamaan persepsi untuk memberikan otoritas tunggal kepada Pemerintah RI dalam hai ini Menteri Agama tentang penetapan awal bulan Hijriyah di Indonesia terutama pada penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, dengan mengadakan pertemuan atau muktamar bersama yang diikuti oleh pimpinan pondok pesantren dan pimpian ormas se-Indonesia ini.

Menag menambahkan bahwa, “Alasan mendasar adanya kegiatan ini adalah betul-betul dapat menjaga ukhuwwah wathaniyah dan ukhuwah Islamiyah di Indonesia, utamanya bahwa Negara Indonesia itu antara agama dan Negara tidak dapat dipisahkan.”

Selanjutnya Menag meresmikan Observatoriun di Ponpes Modern Islam Assalam Sukoharjo, Surakarta adalah bertujuan untuk penguatan dalam pengembangan ilmu falaqiyah melalui pondok pesantren dan Observatorium Assalam kali pertama sebagai contoh pesantren yang lain. Sebab ilmu falak ini perlu juga di dukung melalui pemberian pelajaran mulok bagi lembaga pendidikan di lingkungan lembaga pendidikan Islam, agar santri dapat belajar sejak dini.

Nara sumber pada halaqoh falaqiyah sebagai berikut: Prof. Dr. Susiknan Azhari, M.Ag. (Guru Besar Ilmu Falak UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/Ahli Falak PP Muhammadiyah) dengan makalah Penyatuan Kalender Hijriyah di Indonesia, Tantangan dan Prospeknya. Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag (Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia/Ahli Falak PBNU) dengan Kajian Hisab Rukyah di Indonesia. Dr. KH. Ahmad Daroji, M.SI (Ketua Umum MUI Jawa Tengah) di karenakan para pengurus MUI Pusat baru menunaikan ibadah umroh dengan makalah Menilik Fatwa MUI tentang Awal Ramadhan, Syawal dan Dulhijjah di Indonesia. Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc. (Pakar Astronomi dari LAPAN) dengan makalah menindaklanjuti titik temu penyatuan untuk kalender islam yang mapan. (alif)