Salatiga – Menteri Agama RI, Gubernur Jateng, Ketua KPK, Sekdirjen Bimas Kristen, Kepala Balitbang Agama, Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, Rektor IAIN Salatiga, Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Jumat (27/01) hadir di Balairung Kampus UKSW guna menghadiri Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-Geraja Indonesia (PGI) Tahun 2017 yang diikuti oleh para sinode se-Indonesia.
Ketua Umum PGI Pdt. Henriette T. Hutabarat Lebang menyampaikan bahwa sidang MPL ini akan membicarakan peranan gereja dalam mengembangkan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai upaya harmonisasi kehidupan yang beragam di nusantara ini. “Kita semua berharap kehidupan demokrasi di Indonesia bisa berjalan dengan baik bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta dipimpin para pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat,” kata Pdt. Lebang.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merasa senang, karena gereja mengambil peran langsung terhadap permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat. Penyelesaian masalah agraria, penanggulangan kemiskinan merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang membutuhkan perhatian dari para pemuka agama dan pemerintah.
Berbagai permasalahan di masyarakat membutuhkan kepedulian dari semua pihak untuk berkontribusi dalam pemecahannya. “Sosial Media menjadi hal yang penting sebagai sarana komunikasi tanpa batas ruang dan waktu. Berbahagialah kita yang memiliki menteri Agama yang aktif dalam sosmed. Jarang sekali menteri Agama yang mampu menaungi semua kalangan, enak diajak bicara dan gaul,” sanjung Ganjar.
Selain masalah kemiskinan, Ganjar juga sangat prihatin dengan serangan narkoba dan pornografi kepada remaja bahkan anak-anak. “Narkoba yang beredar saat ini bentuknya sudah sangat beragam, ada yang berbentuk lem, minuman, maupun permen yang sangat disukai anak anak,” imbuhnya.
Sementara itu, Menag Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan apresiasinya kepada pemuka agama yang telah berperan melaksanakan misi Kementerian Agama serta menjaga kondusifnya kehidupan umat beragama di Indonesia, memupuk persatuan dan menjaga anak bangsa dari radikalisme dan anarkisme.
“Tidak hanya spirit, tetapi esensi dan substansi semua agama menaruh perhatian yang lebih terhadap pencegahan isu konflik,” tegas Lukman Hakim Saifuddin.
Lebih lanjut disampaikan tidak ada konflik yang bersumber dari agama. Justru agama hanya dijadikan faktor pembenar bagi kepentingan pihak pak tertentu. Menag berharap pemahaman ini bisa dilestarikan bahwa tidak ada konflik yang bersumber dari agama.
Pentingnya mengolah rasa dalam interaksi dalam keluarga dan lingkungan semakin dibutuhkan untuk menghindari timbulnya praktek intoleransi. Dasar pendidikan agama yang kokoh diimbangi dengan sikap menghormati terhadap kepercayaan yang berbeda akan mampu mengurangi fanatisme terhadap pemahaman tertentu yang menganggap pendapatnya yang paling benar. Sikap demikian akan menumbuhsuburkan kesejukan kehidupan beragama dan konflik yang mengatasnamakan agama menjadi tereduksi.
Berbagai berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan (hoax) sering kali menjadi sumber munculnya konflik. Sering kali terjadi berita hoax disebarkan dengan tujuan untuk konfirmasi, tetapi karena konfirmasi tersebut ditujukan pada pak yang tidak tepat, justru semakin memperbesar hoax tersebut.
Mengkahiri sambutannya Memnag berharap melalui siang MPL PGI 2017 bisa menyusun program yang benar benar bermanfaat bagi masyarakat. (fat/gt)