Cilacap – Sebanyak 120 peserta, terdiri atas Tokoh agama, Ormas Islam dan para penyuluh agama Islam, Selasa (28/7) mengikuti acara Silaturahim dan Sarasehan Kelompok Kerja Penyuluh Agama Islam Kabupaten Cilacap. Acara tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Cilacap, Ahmad Edi Susanto dan Kasi Binadik Lapas Nusakambangan Edi Warsono.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Cilacap mengajak agar kita bisa bersikap arif dan bijaksana, sehingga mengerti dan memahami realitas kehidupan. “Mari kita mulai dari dalam hati dan jiwa kita. Dengan hati dan jiwa yang sehat, maka kita akan dapat menggerakan diri kita untuk membangun tata kehidupan yang penuh rahmat.” tuturnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap melalui Kasi Bimas Islam, Moech Tongat mengimbau agar seluruh komponen penyuluh berpegang pada empat prinsip pokok. Pertama, bersikap moderat atau tengah, yakni tidak terjebak pada sifat ekstrim dan kembali pada prinsip Islam yang rahmatan lil alamin. Kedua, bersikap seimbang dalam berbagai hal, di samping menggunakan dalil naqli (berdasarkan a hukum tertulis) juga harus bedasarkan dalil aqli (berdasarkan pendapat para ulama). Ketiga, bersikap adil yang berarti proporsional dalam melaksanakan kewajibannya untuk kemudian mendapatkan hak atas kewajibannya. Keempat, bersikap toleransi terhadap segala bentuk perbedaan, seperti agama, ekonomi, sosiokultural, ras bahkan hingga hal-hal khilafiyah. “Saya yakin dan optimis, dengan keempat prinsip tersebut kejadian seperti di Tolikara Papua tidak akan terjadi di Cilacap, ungkapnya.
Ideologi dakwah
Narasumber acara KH Suhud Muhson menekankan pada ideologi dakwah Ahlu Sunnah wal Jamaah (Aswaja) seperti yang dikemukakan oleh Kakankemenag Kab. Cilacap. Namun, Suhud Muhson lebih memperincikan pada tujuh hal terkait prinsip-prinsip dakwa Aswaja. Prinsip-prinsip tersebut diimplementasikan pada akidah, syariah, akhlak, pergaulan antar golongan, kehidupan bernegara, kebudayaan dan dakwah.
Sementara itu, Ust Hasan Makarim mengedepankan arti penting dan urgensi pengelolaan dakwah. Dia mengenalkan metode dakwah secara bil hikmah dan mauidzah hasanah. Metode bil hikmah mengedepankan peletakan sesuatu pada tempatnya, sedangkan mauidzah hasanah lebih menitikberatkan pada nasehat dengan mempengaruhi psikologis dan rasional. (Budiono)