Nuansa Pondok Pesantren Warnai Upacara Peringatan HSN Tahun 2022

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonosobo – Ribuan Peserta yang terdiri dari ASN, Fokopimda, Perwakilan Santri dari Ponpes di Wonosobo dan beberapa elemen organisasi keagamaan di Wilayah Kabupaten Wonosobo padati Alun-alun Wonosobo pada hari Sabtu, (22/10) untuk mengikuti upacara peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2022.

Ribuan peserta tersebut kompak mengenakan Dresscode Atasan berwarna putih, sarung, peci hitam dan pakaian muslim bagi wanita, yang identic dengan santri di pondok pesantren. Nuansa tersebut terbangun sesuai dengan isi edaran Kemenag dengan No SE 27 tahun 2022 tentang pelaksanaan Upacara Bendera Peringatan Hari Santri tahun 2022.

Selain pakaian, SE juga memuat tentang logo, tema serta pelaksanaan upacara yang dilaksanakan secara serempak di seluruh Indonesia. Adapun tema yang di usung yakni Berdaya Menjaga Martabat Kemanusaiaan.

Bertindak sebagai Inspektur upacara, Afif Nurhidayat selaku Bupati Wonosobo dihadapan peserta upacara, ia membacakan amanat Menteri Agama.

”Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan 22 Oktober merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi Jihad ini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 Nopember 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan,” jelas Afif.

Lebih lanjut ia membacakan terkait makna tema yang diusung dalam HSN tahun 2022,

“Maksud tema Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan adalah bahwa santri dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia. Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara,” imbuhnya.

Usai membacakan amanat Menteri Agama, Afif, menyampaikan bahwa santri merupakan komponen yang memiliki tugas besar dalam membangun Indonesia melalui berbagai aspek, lebih khusus keterlibatannya di Kabupaten Wonosobo.

“Saya yakin akan membawa kemajuan bagi daerah. Santri sebagai kalangan cendekia saya harap mampu memberikan sumbangsih baik berupa poemikiran maupun dalam bentuk tindakan nyata kepada bangsa dan negara,” tandasnya.

Upacara ditutup dengan pembacaan doa yang di bacakan oleh Kakankemenag Kab. Wonosobo, Ahmad Farid. Di dalam doa nya ia menyelipkan harapan agar Negeri Indonesia diberkahi dan menjadi negeri yang Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur,

“Jadikanlah negeri ini negeri yang Baldatun Toyyibatun Warabbun Ghafur, negeri yang aman, tentram untuk kami tinggal dan beribadah kepada-Mu setiap saat,” ucap Farid seraya memanjatkan Doa.

Usai upacara berakhir, acara dilanjutkan dengan penyerahan simbolis kitab kuno. (Ps-ws/Sua)