Surakarta – “idak ada ruginya pemerintah, apakah itu pemerintah pusat atau pemerintah daerah menggelontorkan anggaran yang besar untuk kegiatan menjaga kerukunan melalui FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) ataupun melalui fasilitasi pemerintah. Misalnya, untuk Surakarta itu, tahun 2018, lebih dari Rp.700 juta anggaran untuk FKUB. Kemudian ada tambahan dari Kemenag Rp.50 juta, itu yang sudah kita gelontorkan kepada FKUB dalam rangka untuk menjaga kondusifitas kerukunan umat beragama.
Demikian disampaikan Musta’in Ahmad, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Surakarta , ketika diminta untuk menyampaikan pandangannya tentang upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga kerukunan umat beragama pada acara studi banding FKUB Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dengan FKUB Surakarta, di Gedung Manganti Praja Komplek Balaikota Surakarta, Selasa (4/12) kemarin. Hadir pada pertemuan tersebut, Wawalikota Solo, Kemenag, FKUB, Asisten Pemerintahan, dan Kesbangpol Surakarta.
Musta’in menekankan pentingnya semua tokoh formal maupun non formal, dalam hal ini pejabat pemerintah maupun tokoh agama untuk sesering mungkin mengadakan pertemuan-pertemuan. Karena dengan pertemuan itu, menurutnya, akan meminimalisir kesalahpahaman, memudahkan memecahkan persoalan, bahkan bisa mencegah kemungkinan munculnya masalah.
“Jadi letupan-letupan awal bisa diantisipasi dengan baik,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya, didalam semangat memahami dan mengamalkan ajaran agama oleh masing-masing pemeluk agama itu, mesti memperhatikan titik-titik rawan yang bisa memunculkan kerawanan terhadap kerukanan umat beragama yang sudah terjaga.
“Maksud Saya, yang titik-titik ini tidak hanya bisa kita dekati dengan semangat riil semata. Akan tetapi, harus dibarengi dengan kewaspadaan,” terangnya. Diantara titik-titik rawan itu, menurut Mustai’in misalnya Pembangunan Rumah ibadah.
“Siapa yang tidak bersemangat ketika terpanggil untuk membangun tempat beribadah?” selorohnya. Semua umat beragama, menurutnya, tentu bersemangat.Tetapi, itu semua harus kita waspadai. Kalau tidak kita kelola dengan baik, titik ini seringkali yang paling rawan untuk bisa mengganggu kerukunan umat beragama. (rma/wul)