Pembimbing Harus Pahami Kondisi dan Problem Riil Manasik Haji

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

KAB.PEKALONGAN, BANDUNG — Direktur Bina Haji Ardad Hidayat mengatakan, proses sertifikasi juga dikuatkan dengan praktik lapangan. Sertifikasi pembimbing manasik haji tidak hanya diisi dengan pertemuan klasikal dan sessi pemaparan yang bersifat kognitif.

“Sertifikasi tidak hanya teori. Peserta benar-benar diberi pemahaman praktis agar mereka bisa menjelaskan hal ihwal manasik haji secara lengkap kepada jemaah, termasuk kondisi riil dan problematika di Makkah dan Madinah,”  Demikian diterangkan Arsad Hidayat saat dimintai tanggapannya terkait praktik manasik dalam Program Sertifikasi Pembimbing di Bandung, Kamis (17/8/2023).

Tujuannya, agar para pembimbing ibadah benar-benar memahami proses manasik haji, baik aspek teori maupun praktik. Lebih dari itu, pembimbing juga memahami kondisi riil dan dinamika permasalahannya agar dapat memberikan pemahaman kepada jemaah.

Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji ini diikuti 100 ASN Kementerian Agama dari berbagai daerah. Giat yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ini berlangsung di Bandung, 14 – 18 Agustus 2023.

Kasubdit Bimbingan Jemaah Khalilurrahman menjelaskan, sertifikasi berlangsung lima hari. Setelah tiga hari berlangsung secara klasikal, peserta sertifikasi pembimbing manasik haji profesional melakukan praktik lapangan.

“100 peserta sertifikasi pembimbing haji profesional ini melakukan praktik manasik haji di Masjid Al Jabar Bandung,” jelasnya.

Ketua Panitia Manasik, Arif Rahman, menjelaskan, peserta diberangkatkan dari hotel pada pukul 04.00 WIB menuju Masjid Al Jabar. Mereka diharuskan memakai ihram secara sempurna. Setelah Salat Subuh, mereka masuk ke Galeri Rasulullah yang ada dilantai dasar Masjid Al Jabar untuk menyaksikan prolog perjuangan Rasulullah beserta miniatur lokasi tempat rasulullah melakukan syiar islam.

Sekitar pukul 07.00 WIB, lanjut Arif, para perta mendengarkan paparan skenario pelaksanaan manasik yang disampaikan KH. Adam Anhari. Setelah itu, layaknya jemaah haji, peserta sertifikasi membentuk struktur kloter dengan mengelompokkan peserta per regu dan per rombongan, dan masing-masing diketuai oleh Ketua Ragu atau Ketua Rombongan.

“Selain materi teoritik, peserta sertifikasi juga dibekali dengan praktik dan gladi posko. Hal ini dimaksudkan agar peserta bisa memahami kondisi ril lapangan dengan segala problematikanya,” tandas Arif Rahman. (Mokh. Khoeron/Indah/MTb/bd)