Tegal (Slawi) – Sebanyak 110 orang Penyuluh Agama Katolik berkumpul di Yogyakarta, Rabu – Jumat (26-29/03) untuk mengikuti Pembinaan Penyuluh Agama Katolik tingkat Nasional tahun 2019. Pembinaan di Hotel Grand Tjokro Yogyakarta, diikuti oleh perwakilan penyuluh Agama Katolik dari Sabang sampai Merauke, dibiayai sepenuhnya dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) Ditjen Bimas Katolik Kemenag RI Tahun Anggaran 2019. Dalam Acara ini, Bimas Katolik Kanwil Kemenag Prov Jateg mengirimkan 7 (tujuh) orang penyuluh Agama Katolik yang bertugas di Kemenag Kabupaten Tegal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Salatiga, Kota Magelang dan Kabupaten Klaten.
Hadir dalam acara pembinaan ini adalah Dirjen Bimas Katolik, Eusebius Binsasi, mewakili Menteri Agama, Direktur Urusan Agama Katolik, Fransiskus Endang, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, Edhi Gunawan, Kasubdit Penyuluhan Direktorat Urusan Agama Katolik Kementerian Agama RI, Yuniadi, dan Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta, Kristoforus Sinselius.
Dalam laporannya sebagai Ketua Panitia, Yuniadi, yang juga menjabat sebagai Kasubdit Penyuluhan, menyampaikan bahwa pembinaan ini mengambil tema “Jaga Kebersamaan Umat” dan sub tema “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Katolik dalam Membangun Harmoni Sosial dan Menjaga Kebersamaan Umat”. Dengan tema itu, peserta pembinaan diajak untuk meningkatkan kompetensinya sebagai penyuluh khususnya dalam mengembangkan moderasi beragama, kebersamaan umat serta integrasi data.
“Pembinaan Nasional Penyuluh Agama Katolik ini merupakan kelanjutan dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama tahun 2019. Dalam rakernas itu, Menag, Lukman Hakim Saefudin menyampaikan tiga kata kunci utama yang disebutnya sebagai “mantra”, yaitu moderasi agama, kebersamaan umat dan integrasi data. Dengan pembinaan ini, diharapkan para penyuluh mampu menjadi pelaku terdepan dalam pengembangan moderasi agama, menjaga dan merawat kebersamaan umat serta mampu menyediakan data yang terintegrasi,” terang Yuniadi.
Dalam pembinaannya, Eusabius Binsansi, Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI, yang sekaligus mewakili Menteri Agama, mengajak para penyuluh Agama Katolik dari seluruh penjuru tanah air untuk menyatukan energi positif, dengan memberikan penyuluhan yang menyejukkan dan mencerahkan umat. Menurutnya, kehadiran penyuluh yang mampu menjadi penerang masyarakat, adalah energi positif bagi bangsa Indonesia untuk terus membangun dalam semangat keberagaman dan kebersamaan yang dilandasi semangat toleransi.
“Penyuluh agama adalah garda terdepan Kementerian Agama. Di tangan merekalah wajah Kementerian Agama ditampakkan kepada masyarakat. Maka bila penyuluh agama mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan benar, berarti ia mampu mengejawantahkan kebijakan dan kehadiran pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama kepada masyarakat. Karena itu saya mengajak para penyuluh Agama Katolik untuk benar-benar menjalankan tugas pokok dan fungsinya agar kehadirannya juga menandakan kehadiran pemerintah di tengah masyarakat. Mari kita satukan energi positif kita sebagai penyuluh untuk Indonesia yang kita cintai ini,” ajak Eusabius Binsasi. (AS/Wul)