Pesantren, Pusat Kaderisasi Ulama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Blora – Sejak masa awal penyebaran Islam, pesantren adalah saksi dan pelaku utama bagi penyebaran dan pengajaran Islam di Indonesia, karena pesantren adalah sarana penting bagi kegiatan islamisasi di Indonesia. Perkembangan dan kemajuan masyarakat Islam Nusantara, khususnya Jawa, tidak mungkin terpisahkan dari peran pondok pesantren. Berpusat dari pesantren, perputaran roda ekonomi dan kebijakan politik Islam dikendalikan.

Dari segi kepemimpinan nasional, “Tidak sedikit pemimpin-pemimpin negeri ini, baik pemimpin yang duduk dalam pemerintahan maupun pemimpin informal yang dilahirkan oleh pondok pesantren”, demikian disampaikan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, H. Ahmadi dalam pembukaan Halaqah Pengasuh Pondok Pesantren se-Eks Karesidenan Pati di Pondok Pesantren Al Hikmah Ngadipurwo Blora pada pagi hari ini (1/3). Selain para pengasuh pondok pesantren, kegiatan tersebut dihadiri pula Syuriah PW NU Jateng, KH. Ubaidillah Shodaqoh, Ketua RMI Jawa Tengah, KH. Abdul Ghofar Rozin, Kepala Bidang PD Pontren, Kepala Kankemenag Blora, dan Bupati yang diwakili oleh Camat Blora.

Ketua RMI mengatakan, “Pondok pesantren tidak lepas dari sejarah perkembangan negeri ini. Tanpa pesantren tidak ada perlawanan kepada penjajah. Pesantren menjadi kiblat model pendidikan”. Untuk inilah pentingnya kaderisasi ulama yang harus dilestarikan dan dilakukan upaya peningkatan kualitasnya. Sebisa mungkin ulama yang ada bisa dilanjutkan dengan kader yang berkualitas lebih baik, minimal setara.

Dijelaskan oleh Ahmadi, bahwa sejarah menunjukkan, pesantren banyak melahirkan pemimpin masyarakat, disamping mencetak kyai. Ada pesantren besar yang harum namanya karena dulu banyak melahirkan kyai dan ada pula pesantren yang terkenal karena namanya selalu dikaitkan dengan beberapa alumninya yang menjadi pemimpin masyarakat. Kaderisasi yang terjadi lebih besar dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di pondok pesantren. Untuk itu ke depan perlu dipikirkan optimalisasi perencanaan, sistem dan formulasi kaderisasi ulama. “Ini menjadi tanggung jawab kita bersama”, kata Ahmadi.

Saat ini kiprah pesantren tidak hanya di bidang keagamaan tapi juga dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Posisi pesantren yang rata-rata berada di antara pedesaan dan perkotaan sangat memungkinkan pesantren berperan sebagai lembaga perantara yang memahami persoalan masyarakat desa, dan demikian pula gagasan-gagasan baru dari luar dengan ditopang oleh semangat keilmuannya akan dapat diserap secara lebih baik, untuk kemudian ditransferkan kepada masyarakat desa. Yang paling besar peran pesantren adalah mencetak kader-kader ulama sebagai penerus pemimpin umat. (fat)