Potensi Madin sebagai Penguat NKRI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri – Lembaga pendidikan keagamaan Islam baik itu Pesantren/Madin/TPQ harus dikelola secara profesional, mengacu pada prinsip pengelolaan dan kriteria Standar Nasional Pendidikan (SNP), upaya tersebut  merupakan bentuk merespon secara aktif dan positif atas perhatian pemerintah terhadap pendidikan keagamaan.

Lembaga pendidikan keagamaan kedepan harus mampu membentuk peserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai- nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Untuk itu pengelola lembaga keagamaan untuk terus tingkatkatkan kualitas pengelolaan.

Salah satunya Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT)  dan lembaga keagamaan lainnya harus turut serta dan berperan aktif dalam penanganan radikalisasi pemahaman dan gerakan keagamaan yang berkembang di masyarakat. Sebab,  sebagai lembaga pendidikan keagamaan Madin sangat strategis dalam penanaman faham keagamaan Islam rahmatan lil alamin.

Hal ini disampaikan Kasi PAKIS Kankemenag Wonogiri, Hidayat Maskur saat memimpin rapat koordinasi lembaga keagamaan tingkat Kabupaten Wonogiri,  Kamis (08/12) di RM. Sayem Ngadirojo yang di ikuti Pengurus Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT), serta pengelola Madrasah Diniyah, TPQ se-Kabupaten Wonogiri.

Menurut Hidayat, kemajuan teknologi dan informasi menjadikan kran impor pemahaman dan gerakan keagamaan dari luar sangat tidak bisa dibendung. Pada titik tertentu, pemahaman dan gerakan keagamaan impor itu mendegradasi karakteristik keagamaan khas Indonesia bahkan sekaligus mengancam eksistensi NKRI. 

“Madin dan Lembaga keagamaan lainya harus memiliki komitmen terhadap NKRI dan pemahaman Islam yang rahmatan lil’alamin. Kurikulum MDT harus didorong untuk menciptakan alumni atau peserta didik yang nasionalis dan juru damai, bukan juru caci-maki atau hina-menghina,” tegasnya. 

Mengingat posisi strategis MDT tidak berbanding lurus dengan minat masyarakat untuk memasukkan anaknya di lembaga tersebut maka perlu perlu ada terobosan baru, seumpama membangun Madin yang holistik dan dan terintegrasi di setiap kecamatan. Yaitu dengan rintisan Madin percontohan yang unggul dalam pengelolaan dan pembelajaran.

Ke depan, Menurut Hidayat Kemenag akan terus mengajak Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) dan forum-forum Pendidikan Al-Qur’an untuk memperkuat peran masing-masing dalam penguatan pemahaman keagamaan. Selain itu, diskusi perlu dilakukan  untuk  memperjelas diferensiasi antara MDT dengan Lembaga Pendidikan Al-Quran seperti TPQ, TPA, TQA. Selama ini, keduanya praksis Nampak memiliki sejumlah kemiripan, baik pada sasaran santri maupun kurikulum yang dikembangkannya. (Mursyid_Heri/gt)