Kendal (Humas) – Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU Jawa Tengah menggelar Naharul Ijtima’ di Pondok Pesantren Darul Amanah, Ngadiwarno, Sukorejo, Kendal. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) versi Hijriah, dengan mengusung tema Revitalisasi Pesantren: Penguatan Spiritualitas untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045, Sabtu (25/1/2025).
Acara ini menghadirkan berbagai halaqoh untuk mendukung pengembangan pesantren, antara lain Halaqoh Pengasuh Pesantren, Halaqoh Media Pesantren, Halaqoh Penguatan Manajemen Madin NU, Halaqoh Pesantren Research, Halaqoh Pengembangan Metodologi Bahtsul Masail, dan Halaqoh Pengurus Pesantren.
Dalam sambutannya, Dr. H. Basnang Said, M. Ag (Direktur Pesantren Dirjen Pendis Kementerian Agama RI) menegaskan bahwa pesantren kini telah diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Ia juga menyoroti pentingnya pesantren ramah anak, yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan mental psikologis, kognitif, afeksi, dan psikomotorik. “Penataan pesantren sesuai regulasi harus ditingkatkan untuk mencegah kasus-kasus seperti kekerasan seksual (KS) dan bullying, yang sering terjadi di pseudo pesantren,” jelasnya.
Basnang juga memaparkan beberapa agenda penting pesantren ke depan, seperti suksesnya pelaksanaan MQKN (Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional) di Makassar tahun ini, serta persiapan MQK Internasional yang akan melibatkan peserta dari 12 negara. Selain itu, keunggulan pesantren Indonesia akan dipromosikan secara global melalui rencana pendirian Pesantren Internasional Indonesia yang terintegrasi dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Jakarta.
KH Ahmad Fadlullah Turmudzi, Ketua RMI PWNU Jateng, menjelaskan bahwa tema yang diusung adalah bentuk ikhtiar untuk memperkuat spiritualitas dan kontribusi pesantren dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. “Pesantren harus tetap eksis dalam kajian tafaqquh fiddin sambil siap menghadapi dinamika zaman. Oleh karena itu, kami memfasilitasi halaqoh pengasuhan, manajemen pesantren, riset, dan media agar pesantren dapat beradaptasi sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat,” ujar Gus Fadlu, sapaan akrabnya.
Ia juga menyebutkan, Jawa Tengah memiliki 5.231 pesantren dengan jumlah santri mencapai 1.968.698, menjadikannya provinsi dengan populasi santri terbesar di Indonesia. Pesantren di Jawa Tengah juga sangat beragam, mulai dari pesantren salafiyah, madrasah diniyah formal, hingga pesantren yang memiliki pendidikan umum dan perguruan tinggi. “Tugas RMI adalah memastikan bahwa semua varian pesantren di bawah naungan NU tetap terkoordinasi dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
KH Abdul Ghofar Rozin, Ketua PWNU Jawa Tengah, menyampaikan bahwa Naharul Ijtima’ ini menjadi forum penting untuk konsolidasi antara pesantren, madrasah diniyah, dan RMI. “Pesantren adalah bagian integral dari sejarah bangsa yang kini mendapat apresiasi lebih melalui UU Pesantren, meski dukungan negara masih minim. Kami mendorong pesantren untuk fokus pada riset, seperti tahqiqul kutub, agar pesantren tetap berkontribusi memberikan solusi bagi bangsa,” ujarnya.
Dalam arahannya, KH Ubaidullah Shodaqoh, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, mengingatkan bahwa pesantren memiliki peran besar dalam sejarah NU dan perjuangan kemerdekaan bangsa, termasuk kontribusi pasukan Hizbullah dan Tentara Rakyat. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga peran utama pesantren sebagai tempat tafaqquh fiddin di tengah perkembangan era digital. “Pesantren salafiyah perlu memanfaatkan teknologi untuk melahirkan agen literasi turats, sementara inovasi seperti SSB di Darul Amanah adalah bukti kemampuan pesantren menjawab kebutuhan masyarakat,” tuturnya.
Selain itu, KH Ubaidullah menegaskan bahwa santri harus dimampukan di berbagai bidang melalui pemaknaan luas terhadap konsep Ad Din, agar mereka menjadi kader NU yang unggul dan berkompeten. Tantangan era ini memerlukan pembenahan sistem, regulasi, dan manajemen pesantren agar pesantren dapat terus berkontribusi dalam membangun bangsa.
Acara ini juga dihadiri oleh Gus Taj Yasin Maemoen, perwakilan Kementerian Agama RI, para pengurus RMI NU se-Jawa Tengah, pengasuh pesantren, kepala madin, serta perwakilan pemerintah provinsi dan kabupaten Kendal.
Dengan suksesnya pelaksanaan Naharul Ijtima’, RMI PWNU Jateng berharap pesantren dapat terus menjadi elemen strategis dalam mendukung visi besar Indonesia Emas 2045, melalui kontribusi nyata di sektor pendidikan, sosial, dan keagamaan.(Sua/Zulfa)