Klaten (Inmas) – Perayaan Sirawatri adalah ritual tahunan umat Hindu. Tahun ini, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Prov. Jawa Tengah dan Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Tengah menggelar perayaan siwaratri di pelataran Candi Merak, Karangnongko, Kab. Klaten pada Senin (15/2).
Hari Raya Siwaratri ialah hari suci yang digunakan dalam rangka melakukan pemujaan terhadap Hyang Widhi dalam wujud Dewa Siwa. Dalam pengertian yang lain, Siwaratri juga mengandung makna sebagai malam renungan suci atau malam pengampunan dosa.
“Kata Siwaratri sendiri berasal dari kata “Siwa” dan “Ratri”. Dimana Siwa artinya Tuhan, atau dalam bahasa sansekerta berarti baik hati, harapan dan memaafkan. Sedangkan Ratri ialah malam atau kegelapan. Jadi kalau digabungkan akan membentuk kata “Siwaratri” dengan makna puncak malam,” jelas I Dewa Made Artayasa, pembimbing masyarakat (pembimas) agama Hindu Kanwil Kemenag Prov. Jateng ditemui usai melakukan rangkaian sembahyangan.
Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri.
“Sebagai malam perenungan, kita mestinya melakukan evaluasi atau instrospeksi diri atas perbutan-perbutan selama ini. Pada malam pemujaan Siwa ini kita mohon diberi tuntunan agar dapat kelaur dari perbutan dosa,” imbuh Dewa sapaan akrab Pembimas Hindu.
Sehari sebelum pelaksanaan malam Siwaratri, umat Hindu melaksanakan beberapa ritual/ brata yang harus dilakukan.
“Ketika malam puncak inilah umat Hindu tak boleh tidur dan diwajibkan untuk melakukan serangkaian kegiatan keagamaan. Beberapa kegiatan yang biasanya dilakukan ketika tibanya malam Siwaratri, antara lain; Monabrata atau berdiam diri dan tak berbicara. Mejagra atau tidak tidur selama semalaman. dan Upawasa atau tidak makan dan tidak minum (puasa),” terang Pembimas Hindu
Siwaratri dalam ajaran agama Hindu memiliki ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya untuk melakukan suatu perubahan untuk penyadaran diri. (Wul/Wul)