Theodolite Untuk Memaksimalkan Layanan Pengukuran Arah Kiblat

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Mungkid – Tim Hisab Rukyat Kantor Kemenag Kab. Magelang melaksanakan pengukuran arah kiblat di dusun Krajan, desa Bligo Kec. Ngluwar, Selasa, (11/02/2022). Layanan pengukuran arah kiblat saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang ingin mengukur kembali arah kiblat pada masjid/musalla di lingkungannya atau untuk pembangunan masjid/musala baru.

Anggota Tim, Ahmad Maskuri, menyampaikan bahwa ASN Kementerian Agama berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik atas setiap pelayanan, khususnya bersinggungan langsung dengan masyarakat.

“Salah satu bentuk komitmen pelayanan terbaik itu, adalah hadirnya bantuan perangkat Theodolite bantuan dari Dirjen Bimas Islam. Dengan alat itu menambah alat yang sudah ada yaitu Istiwa’aini, sehingga menambah mutu pelayanan,” kata Ahmad Maskuri.

Ahmad Maskuri menambahkan, mulai tahun 2022, pengukuran arah kiblat yang semula ada menjadi tugas tambahan di Penyelenggara Zakat dan Wakaf, selanjutnya dilaksanakan oleh Seksi Bimas Islam sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam pengukuran arah kiblat, selama ini menggunakan alat Istiwa’aini. Istiwa’aini adalah peralatan falak yang dirancang dan dikembang oleh Kyai Slamet Hambali dosen Falak UIN Walisongo Semarang. Alat ini digunakan untuk mengukur arah kiblat dengan bantuan sinar Matahari. Terbuat dari bahan acrilic dengan ukuran diameter 30 cm dipotong teknik laser cutting. Dinamakan Istiwa’aini karena alat ini mempunyai dua tongkat Istiwa, dimana satu tongkat berada di titik pusat lingkaran dan satunya berada di titik 0 lingkaran. Alat ini di desain untuk mendapatkan arah kiblat berdasarkan arah Utara Sejati secara akurat dengan biaya yang murah.

“Pengukuran arah Kiblat dilakukan dengan cara mengetahui koordinat lokasi terlebih dahulu dengan perangkat GPS. Setelah itu, melalui aplikasi Istiwa’aini dilakukan penambahan lokasi dan mengisi koordinatnya. Setelah itu diset jam pengukuran dan diset lokasi yang tadi sudah ditambahkan. Aplikasi akan menampilkan beberapa informasi seperti tinggi matahari, azimuth matahari, arah bayangan, azimuth kiblat dan lain-lain,” papar Maskuri.

“Setelah diketahui Arah Bayangan-nya, kemudian pada papan Istiwa’aini arah bayangan ditarik menggunakan benang sesuai angka yang dihasilkan oleh Aplikasi. Selanjutnya benang dipindah sesuai dengan angka Azimuth kiblat yang dihasilkan oleh aplikasi,” lanjutnya.

Pada pengukuran arah kiblat di dusun Krajan desa Bligo kec. Ngluwar, diketahui data lokasi 7040o51,2637” S dan 110016’3,49284” E. Pada pukul 10.12 WIB, diketahui Tinggi Matahari 63o24’06”, Arah Bayangan 304037’ 29” dan Azimut Kiblatnya adalah 294042’29”.  

Prinsip kerja Istiwa’aini hampir sama dengan Theodholit yaitu dengan cara membidik Matahari. Sehingga anggota Tim yang lain kemudian melakukan pengukuran arah kiblat menggunakan Theodholit. Dan hasilnya kemudian dikomparasikan.

“Semoga penambahan alat baru ini bisa melengkapi alat yang sudah ada, harapannya pelayanan kepada masyarakat semakin maksimal. Tentunya dalam setiap penggunaan alat yang baru, diperlukan pelatihan atau transfer knowledge agar bisa mengoperasikan alat dengan baik,” tambah Maskuri.(faida/Sua).