Kendal – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kendal Muh. Sa’idun menjelaskan terkait dengan isu Kementerian Agama akan melakukan sertifikasi terhadap ulama ataupun khotib. Dia memastikan hal tersebut tidak benar.
“Tidak benar jika Kementerian Agama akan melakukan sertifikasi ulama dan khotib, ” tegas Sa’idun didepan ratusan khotib dan takmir masjid dalam acara Rakor Masalah Strategis dan Aktual di Pendopo Kendal Kamis (16/02) yang diselenggarakan oleh Kantor Kesbangpol.
Sa’idun mengatakan, yang akan di lakukan oleh Kementerian Agama bukan sertifikasi tapi lebih pada standarisasi batasan minimal kompetensi kualifikasi yang harus dimilili oleh seorang khotib dalam menyampaikan khotbah jumat.
Ditambahkan, khatib hendaknya tidak menyampaikan hal-hal yang bersifat sensitif namun memberikan materi yang menyejukkan dan merajut kebhinekaan karena bahasa agama apalagi yang disampaikan oleh tokoh agama masih memiliki nilai yang akan diikuti oleh masyarakat.
Oleh karena itu Sa’idun menghimbau kepada para khotib untuk menyampaikan bab kerukunan dan universalitas ajaran agama dengan mengedepankan kesantunan dan tidak mengajarkan kekerasan terhadap pemeluk agama lainnya.
“Dalam kondisi ini dibutuhkan materi tentang mensyukuri kebhinekaan dan merawatnya dalam Pancasila dan konstitusi,” imbuhnya.
Selain itu, materi yang perlu di sampaikan adalah memelihara ukhuwah islamiyah, ukhuwah basyariyyah dan ukhuwah wathaniyah sebagai salah satu cara memupuk keragaman budaya dan agama serta kepercayaan yang dianut oleh masyarakat indonesia.
Sementara itu, Ketua MUI Kendal Muhammad Mustamsikin mengatakan hal yang terkait dengan ancaman kebhinekaan dan keragaman mesti diterjemahkan kedalam bahasa agama oleh para dai sehingga nantinya ancaman itu tidak memporakporandakan tata kehidupan beragama dan bermasyarakat kabupaten Kendal.
“Jangan sampai masalah daerah lain masuk ke dalam wilayah Kendal,” tegas Mustamsikin.
Mustamsikin menambahkan Menyikapi berbagai perbedaan, Ketua MUI Kendal mengatakan bahwa gesekan antar umat beragama di Kendal nyaris tidak ada yang sering terjadi malah gesekan intern umat beragama khususnya Islam yang terjadi karena perbedaan aliran dan organisasi kemasyarakatan.
“Perbedaan jangan sampai menjadi ancaman, semestinya perbedaan dijadikan rahmat,” pungkasnya. (ja/gt)