Tokoh Agama Kec. Tempuran Berikrar Bersatu dalam Kebhinnekaan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Magelang – Para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh ormas, pimpinan dinas/instansi, dan Kepala Desa sekecamatan Tempuran kabupaten Magelang hadir dalam sarasehat Kebhinnekaan di RM Brambang Salam, Tempuran, Rabu (24/5/2017).

Berapa tokoh yang hadir adalah KH. Said Asrori, KH. Zen Fanani, KH. Mastur Asy’ari, KH. Jahro Amin, KH. Djazim Hanafi, KH. Ahmad Fathoni, KH. Mukhlasin Maqsudi, Ky. Ahmad Syakir, Ky. Ahmadi.

Kepala KUA Kec. Tempuran Faturrohim, melalui media sosial menyampaikan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Polsek Tempuran dalam rangka membangkitkan kembali kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika.

“Sebagaimana disampaikan oleh Kapolres Magelang Hindarsono, bangsa Indonesia meraih kemerdekaan dibangun dengan semangat persatuan dan kesatuan. Dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi tiga tantangan besar, yaitu lunturnya nasionalisme dan kesadaran ber-Bhinneka, radikalisme, dan narkoba,” kata Faturrahim.

“Semua komponen bangsa harus bersatu dengan meneguhkan kembali semangat persatuan dan kesatuan,” lanjutnya.

Dalam sarasehan tersebut, para tokoh agama saling membacakan ikrar. Kh. Ahmad Labib yang merupakan tokoh masyarakat membacakan puisi berjudul “Indonesiaku-mu-kita”.

“Puisi tersebut merupakan ungkapan keprihatinan terhadap realitas luntutrnya kesadaran bahwa negara Indonesia sangat beragam dalam banyak sisinya, baik agama, suku/etnis, warna kulit, Bahasa, dan keyakinan. Dewasa ini muncul banyak kelompok yang mengklaim kebenaran tunggal sedangkan orang yang di luar kelompoknya dianggap salah dan sesat tanpa ada kesadaran saling menghormati,” lanjutnya.

Sedangkan  KH. Djazim Hanafi (Tokoh Nahdlatul Ulama) menghimbau agar semua pihak belajar lebih dewasa dalam berkomunikasi, terlebih dalam menggunakan media sosial.

“Hindari ujaran kebencian, saling menyalahkan, yang akan mengakibatkan retaknya ukhwah,” kata Djazim Hanafi.

Tokoh Muhammadiyah, KH. Zen Fanani sangat mendukung terselenggarakannya kegiatan tersebut. “Semua yang hadir di majelis ini menyepakati tentang pentingnya kesadaran kebhinekaan. Maka semua yang hadir harus menyampaikan kepada saudaranya yang tidak hadir di tempat ini,” ungkapnya.

Narno, Pendeta Gereja Kerasulan Pringombo Tempuran menyampaikan bahwa kehidupan beragama di Tempuran sampai saat ini dirasakan sudah baik dan harmonis.

“Di desa Pringombo umat Kristiani bisa hidup rukun berdampingan dengan warga yang mayoritas beragama Islam. Bahkan saat bulan Ramadlan warga Krisriani berinisiatif mengadakan kegiatan ronda untuk menjaga keamanan lingkungan di saat kaum muslimin menunaikan ibadah Sholat Tarawih. Demikian juga kaum muslimin juga sangat menghormati dan ikut menjaga kekhusukan kaum Kristiani saat beribadah maupun saat merayakan hari-hari besar keagamaan.” kata Narno. (fat-m45k-Af)