Seni Kolase Tingkatkan Kemampuan Motorik Anak

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ungaran – Mendengar istilah kolase bagi beberapa orang mungkin agak begitu asing. Namun tidak begitu halnya bagi mereka yang banyak berkecimpung dan menekuni dunia karya seni khususnya seni lukis. Kolase berbeda dengan seni pahat dan seni lukis, meskipun pada perkembangannya kolase banyak diminati dan menjadi satu unsur estetik secara individu dalam karya seni lukis.

Kolase merupakan komposisi penciptaan karya seni yang menggunakan bermacam-macam bahan bekas, diantaranya: kertas, kayu, biji-bijian, kulit kayu serta kain perca yang ditempel pada permukaan bahan dasar. Kolase dapat dikategorikan sebagai karya seni rupa dua dimensi. Dalam pembuatan kolase, selama bahan-bahan yang digunakan dapat dipadukan dengan bahan dasar, maka akan menghasilkan sebuah karya yang dapat mengapresiasikan perasaan estetis si pembuatnya.

Demikian dijelaskan oleh Rita Yaniati, guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) MIN 4 Semarang ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (04/05).

Menurut Rita, meski kolase menuntut kreativitas tinggi serta ketelitian dalam pengerjaannya, namun hasil akhirnya sangatlah unik serta bernilai seni tinggi. Karena kelebihan itulah, kini seni kolase mulai diajarkan kepada anak-anak sekolah mulai tingkat Raudhatul Athfal (RA) hingga Madrasah Ibtidaiyah (MI) tak terkecuali di MIN 4 Semarang. “Anak-anak mulai kami kenalkan dengan seni kolase agar kemampuan motoriknya lebih terasah,” ungkap Rita.

Disamping itu, Rita juga menjelaskan bahwa seni kolase kaya akan unsur pendidikan komplit bagi perkembangan otak anak. Dengan bermain dan berkreasi, belajar  mengenal bentuk-bentuk geometris dan warna, diharapkan imajinasi anak akan semakin berkembang. “Semoga teknik kolase semakin diminati dan digemari para siswa,” lanjutnya.

Kedepan, Rita akan mulai memanfaatkan barang-barang bekas berupa sampah plastik sebagai bahan dasar pembelajaran kolase di madrasah dengan harapan kebersihan lingkungan akan tetap terjaga serta sebagai wujud dukungan gerakan daur ulang sampah non organik menuju go green. “Dengan mengaplikasikan barang-barang bekas ke medium datar maupun tiga dimensi, semoga nanti karya seni yang dihasilkan akan semakin menarik dan berdaya saing tinggi,” pungkasnya. (shl/gt)