Kenalkan Dunia Pesantren di Madrasah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Penyambutan Hari Santri di MIN Kota Semarang agak berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini, MIN Kota Semarang menyelenggarakan Upacara Hari Santri Nasional 2018 dengan mengundang Pengasuh Pondok Pesantren dan tokoh masyarakat di sekitar Kelurahan Sumurrejo, Senin (22/10). Bertindak selaku Pembina Upacara, KH Nur Kholis Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur.

Nur Kholis menegaskan, tujuan peringatan Hari Santri adalah untuk membentuk kewibawaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Mengapa harus santri? karena santri adalah para pejuang yang menegakkan agama Allah dan Indonesia Raya,” tegas Nur Kholis.

Menurutnya, kata santri terdiri dari 5 kata yaitu syin, nun, ta’, ra’, dan i. Kelima huruf ini mempunyai filosofi dan makna yang tersendiri. Kata syin mempuyai makna syafiqul khoiro artinya santri harus menjadi pelopor kebaikan. Huruf nun, bermakna naaibul ‘ulama. Artinya, santri sebagai penerus perjuangan para ulama.

“Oleh karena itu, santri harus benar-benar mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah,” jelasnya.

Selanjutnya, kata ta‘ bermakna taa rikul ma’ashi – santri harus bisa meninggalkan kemaksiatan. Sejak dini, santri tingkat madrasah ibtidaiyah harus dikuatkan aqidahnya, sehingga kelak nanti betul-betul menjadi pemimpin yang amanah, Kata ra’ bermakna ridha. Santri harus ridho dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. Huruf yang terakhir adalah I, ‘ilmu yaqin, artinya santri harus yakin dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya.

Mengakhiri, pengasuh ponpes An-Nur ini mendoakan semoga pada hari Santri Nasional 2018, santri MIN Kota Semarang diberi kekuatan oleh Allah beserta para guru dan pegawainya. “Selamat Hari Santri Nasional, Bersama Santri Damailah Negeri,” pungkasnya.

Momen yang penting ini juga dimanfaatkan oleh MIN Kota Semarang untuk menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Pondok Pesantren Salafiyah An-Nur. Subiyono selaku Kepala MIN Kota Semarang menegaskan, perlunya membangun kemitraan dengan pondok pesantren untuk mengenalkan dunia pesantren sejak dini kepada anak-anak tingkat madrasah ibtidaiyah. Harapannya, anak-anak lambat laun memiliki karakter santri sebagaimana makna dan filosofi kata santri yang disampaikan oleh pembina upacara. (sby-ch/gt)