081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Jadikan Madrasah Menjadi Tempat Nyaman dan Inspiratif

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah/madrasah adalah cerminan dari nilai-nilai Pancasila dan harus menjadi bagian proses belajar dan budaya. Pendidikan karakter harus dikembangkan menjadi gerakan bersama yang melibatkan pemerintah, pendidik, masyarakat, dan orang tua.

Hal tersebut dikemukakan Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kota Semarang, Moch Fatkhuronji, saat membuka pelatihan pengawas dengan tema Penumbuhan Pendidikan Karakter di Sekolah/Madrasah, bertempat di ruang Pokjawas, Kamis (08/11). Hadir dalam pembukaan, Kasi PAIS Kemenag Kota Semarang dan diikuti seluruh pengawas madrasah dan pengawas PAIS.

“Setiap sekolah dan madrasah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan inspiratif bagi siswa, guru, dan atau tenaga kepenidikan, dan tepat untuk menumbuhkan karakter positif,” tutur Fatkhuronji.

Ditambahkannya, Penumbuhan karakter dimulai dari kemandirian peserta didik dalam membiasakan keteraturan dan pengulangan sejak masa orientasi peserta didik, baik dalam pembelajaran di kelas, kegiatan ekstra maupun intra kurikuler sampai anak lulus.

Kasi PAIS, Abdul Ghofur, dalam sambutannya mengatakan, pendidikan karekter di sekolah dan madrasah harus ada pembimbingan dan pendampingan pengawas. Pelaksanaannya harus dapat dievaluasi dan diukur daya capaiannya.

“Karakter tidak bisa dibentuk, tetapi harus ditumbuhkan melalui pembiasaan dan keteladan, dan itu, memerlukan sinergi semua pihak,” tutur Ghofur

Menurut Ghofur, Penumbuhan karakter harus dilakukan oleh pengawas,dengan cara ikut memantau ada tidaknya buku capaian siswa. Pengawas membimbing guru untuk membuat buku panduan karakter yang disesuaikan dengan Mapel yang ada di sekolah dan madrasah.

Sementara itu,  Faojin, narasumber pelatihan mengatakan, penumbuhan pendidikan karakter di sekolah dan madrasah dimulai sejak hari pertama masuk sekolah sampai kelulusan peserta didik. Pendidikan karakter harus menjadi gerakan beersama sekolah/madrasah, orang tua, masyarakat dan pemerintah.

“Misalnya, gerakan kepedulian siswa dapat  ditumbuhkan dengan menjenguk warga sekolah atau madrasah yang sedang mengalami musibah, seperti menjenguk teman yang sakit,” ucapnya.(Bis-Tri-Amh/gt)