Silaturahmi dan Dialog, Kunci Penting Menciptakan Kerukunan Umat Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Wonogiri –  Polres Wonogiri menggelar kegiatan Forum Silaturahmi Kamtibmas bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kemenag dan sejumlah tokoh agama di Rumah Makan Saraswati Jalan Raya Brumbung, Kecamatan Wonogiri, Selasa (9/4).

Hadir pada acara tersebut Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti Istiwidayanti, Ketua FKUB Kabupaten Wonogiri, H. Sutopo Broto, Ka. Kankemenag Wonogiri, H. Subadi, Kanit Binmas polsek jajaran, Dai Kamtibmas dan  Pendeta Gereja Kabupaten Wonogiri.

Ka. Kankemenag Wonogiri, H. Subadi yang menjadi salah satu narasumber dalam acara tersebut menyampaikan bahwa perbedaan pilihan janganlah menjadikan kita terkotak-kotak, namun justru membuat demokrasi menjadi lebih berwarna dan lebih indah serta membuat kita bersemangat untuk lebih mempererat rasa persatuan dan kesatuan.

“Dalam kondisi saat ini tokoh agama harus selalu mempererat persatuan dan kesatuan diantara sesama elemen bangsa dalam rangka menjaga kondusifitas wilayah Kabupaten Wonogiri,” harap Subadi.

Menurut Subadi, Silaturahmi dan dialog  adalah kunci penting yang harus dibangun bersama dalam membangun kerukunan, karena dengan berdialog kita bisa saling memahami antara umat yang satu dengan yang lain, karena kerukunan merupakan keniscayaan yang harus dijadikan modal terbesar mengingat masyarakat yang ada sangat majemuk. Kemenag selalu mendorong dan berharap kebersamaan dan toleransi yang sudah ada jangan sampai ada perpecahkan disebabkan isu-isu dan fitnah yang tidak bertanggung jawab.

“Saya berharap kepada semua tokoh agama agar dapat duduk bersama ketika ada permasalahan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan untuk memecahkan NKRI,” pungkas Subadi.

Sedangkan Ketua FKUB, H. Soetopo Broto menyampaikan, bahwa masalah kerukunan umat beragama harus terus kita perhatikan secara seksama, karena agama memainkan peranan yang penting dalam segala aspek kehidupan ini. Sisi lain realitas kehidupan kita sangat beragam.

Dan jika tidak melihatnya secara arif dan bijaksana, konflik sering tidak dapat kita hindari sebagai akibat dari perbedaan yang ada. “Yang di rukunkan adalah umatnya bukan agamanya,” tegas Soetopo Broto.(Mursyid-heri/sua)