Inovasi Pembelajaran Aritmetika Di Kelas 2 MI Cokroaminoto Pingit

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – Guru kelas II MIC Pingit melakukan inovasi Pembelajaran Aritmatika. Aritmatika merupakan sebuah cabang ilmu dari matematika yang mempelajari tentang operasi-operasi dasar bilangan yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagaian. Berdasarkan fakta di lapangan sebelum pandemi banyak siswa pada kelas atas (Kelas IV, V dan VI) kemampuan melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian masih rendah, sehingga minat dan prestasi matematika secara umum kurang memuaskan

Untuk meningkatkan kemampuan menghitung, Sunarso selaku guru kelas II MI Cokroaminoto Pingit pada tahun pelajaran 2020/2021 (masa pandemi) melakukan tiga inovasi pembelajan aritmetika.

Satu,  Penggunaan bijih congklak sebagai alat peraga sekaligus media pembelajaran untuk penanaman konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Dua,  Penggunaan metode jarimatika untuk memudahkan dan mempercepat berhitung. Tiga, Penggunaan metode drill    dengan    media    pembelajaran    kartu    pintar berhitung

“Inovasi pembelajarann yang pertama berupa penggunaan bijih congklak sebagai alat peraga sekaligus media pembelajaran. Bijih congklak digunakan untuk menterjemahkan lambang bilangan/angka. Bilangan 1 di lambangkan dengan satu bijih congklak, bilangan 2 dilambangkan dengan dua bijih congklak dan seterusnya. Selanjutnya lumbung/lubang  congklak  beserta  bijihnya digunakan sebagai media/alat peraga beberapa operasi hitung,” terangnya pada Senin (28/6)

Inovasi kedua berupa penggunaan metode jarimatika dasar. Jarimatika singkatan dari Jari dan Matematika adalah cara berhitung matematika untuk anak-anak dengan menggunakan jari tangan. Dalam Jarimatika, tangan kanan digunakan untuk melambangkan satuan, sedangkan tangan kiri digunakan untuk melambangkan puluhan.

“Penggunaan yang sama untuk jari tangan kiri, dengan nilai puluhan. Angka 10 diwakili oleh jari telunjuk tangan kiri, angka 20 diwakili oleh jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri, dan seterunya sehingga kedua jari tangan kanan dan kiri dapat mewakili angka 99,” jelasnya.

Inovasi yang ketiga adalah penggunaan metode drill dengan media pembelajaran kartu pintar berhitung. Metode drill merupakan cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan cara melatih ketangkasan atau keterampilan para murid terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan.

Tri Wahyuni kepala MI Cokroaminoto Pingit menyampaikan apresiasinya atas inovasi pembelajaran aritmetika dikelas II ini. “Pembelajaran Aritmatika dilaksanakan pada masa pandemi berjalan lancar dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan dan yang lebih penting lagi diharapkan bisa mengubah mindset siswa terhadap mata pelajaran matematika yang selama ini dipandang mata pelajaran yang menakutkan dan sulit menjadi mata pelajaran yang asyik menyenangkan dan mudah,” pungkasnya. (S/ak/rf)