081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Hasilkan Lulusan Qurani, TPQ Joyokusumo Rutinkan MMQ

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – TPQ Joyokusumo merupakan Lembaga Pendidikan Al Qur’an yang dalam mengajarkannya menggunakan metode Qiraati. Penyelenggaraan TPQ pagi ini berkolaborasi dengan MI Maarif Al Falah Joyokusumo. Untuk menyiapkan lulusan santri yang memiliki kualitas bacaan Al Qur’an yang sesuai dengan kaidah tajwid, maka pembinaan guru – guru melalui kegiatan MMQ (Majelis Mu’allimil Qur’an) selalu dilaksanakan.

MMQ adalah sebuah kegiatan yang rutin dilaksanakan mulai dari tingkat pusat, kabupaten, kecamatan maupun Lembaga. MMQ Lembaga diselenggarakan di TPQ / Lembaga setiap satu minggu sekali oleh guru – guru yang sudah bersyahadah. Ruhnya MMQ adalah tadarus baca simak, dimana guru berpasangan untuk tadarus Al Qur’an dan disimak oleh temannya secara bergantian sambil dikoreksi bacaannya.

Mengawali MMQ Lembaga, Wahyul Khomisah sebagai kepala TPQ yang juga Kepala MI Maarif Al Falah Joyokusumo ini memulai dengan tawasul dilanjutkan doa akan membaca Al Qur’an, kemudian menyimak bacaan guru – guru baik fashohah, tartil, kelancaraan dan M3 (Manga, Mringis, Muncu) nya. Kamis kemarin para guru Qiraati ini melaksanakannya di serambi PP Salafiyah Al Falah Joyokusumo selepas mengajar dengan khusyu’ dan semangat, Kamis, (4/11).

“Kegiatan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meningkatkan dan menjaga bacaan Al Qur’an para guru, agar guru senantiasa belajar dan rajin tadarus. Idealnya guru Al Qur’an dalam sehari membaca Al Qur’an satu juz. Sesuai dengan pesan simbah KH Dahlan Salim Zarkasyi, bahwa guru Qiraati harus sabar, tahajud dan tadarus,” tutur Wahyul

Tidak semudah tulisan, pesan – pesan tersebut sederhana, namun ketika dipraktekkan sungguh luar biasa efeknya. Tentu saja sangat memberikan pengaruh positif terhadap santri – santri. Karena guru adalah teladan, harus mampu memberikan contoh yang baik. Makanya tidak ada santri yang bodoh, jika ada santri yang susah diatur, tidak faham – faham. Maka guru perlu introspeksi diri, sudahkah mengamalkan apa yang menjadi pesan – pesan beliau, dan sudahkan mengajarkan Al Qur’an sesuai dengan aturan?.

Guru sejatinya adalah santri atau murid yang harus terus mengupgrade ilmunya, harus terus belajar sampai akhir hayat sehingga bisa menghasilkan lulusan Qurani yang sholih dan sholihah.

“Harapannya semua pengajar disini senantiasa istiqomah, dan sabar serta ikhlas dalam mengajar sehingga santri – santri pun akan menjadi santri yang sholih/ah memiliki akhlaqul karimah serta memiliki ilmu yang bermanfaat dunia – akhirat,” pungkas Wahyul. (wk/ak/rf)