Yuk Intip Strategi Asih Wijayanti Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa MTs N 1 Banjarnegara

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara-Menjadi guru pembimbing merupakan serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dengan adanya pembimbing, peserta didik akan terlihat potensi-potensi yang dimilikinya, baik akademik maupun non akademik.

Di MTs N 1 Banjarnegara sendiri, Asih Wijayanti merupakan sosok pembimbing yang saban hari selalu merekap para peserta didik baik kelas 7, 8, dan 9 untuk mengikuti berbagai event kegiatan perlombaan baik tingkat nasional maupun internasional. Pembimbing mapel IPS ini mampu mencetak generasi emas dalam meraih berbagai medali.

Sebut saja anak didiknya yang bernama vanina dan azah. Lewat dedikasi Asih Wijayanti, dua siswa tersebut sudah menabung berbagi medali di berbagai event. Salah satunya event Language Logarithmic Social Olympiad tingkat nasional.

Saat dijumpai di Madrasah, Kamis (10/2), Wanita kelahiran Yogyakarta ini menyampaikan bahwa peserta didik dalam keseharian di madrasah mempunyai tugas untuk belajar, mulai dari membaca materi dan mengerjakan soal – soal.

“Saya selalu menuntut peserta didik untuk mempunyai strategi yang tepat dalam belajarnya, baik di madrasah maupun di luar madrasah. Oemar hamalik dalam buku Cara Belajar Siswa Aktif, menyatakan bahwa perbuatan belajar adalah perbuatan yang sangat kompleks, proses yang berlangsung dalam otak manusia. Dari belajar peserta didik dapat mengalami berbagai perubahan baik dari sikap, dan hasil belajar yang didapatkan. Belajar itu sesuai dengan kondisi mental peserta didik yang akan menjalaninya.  Itulah strategi saya dalam membimbing peserta didik MTs N 1 Banjarnegara.” ujar Istri dari Nurwachidin Supriyatno

Pada dasarnya setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Diantara perbedaan tersebut, Asih Wijayanti menilai bahwa hal itu menjadi keunikan tersendiri di antara masing-masing individu, bukan malah menjadi hal yang membebankan masing-masing siswa.

“Karena dengan perbedaan itu, antara satu individu dengan individu lain dapat saling melengkapi. Perbedaan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan segi horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kesadaran, bakat, minat, ingatan, emosi, dan sebagainya. Sedangkan perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmani, seperti bentuk, tinggi, dan besarnya badan, tenaga dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar,” tutupnya. (Ran/ak/rf)