Hilangkan Kesan Angker, MTsN 2 Banjarnegara Praktikkan Pemulasaran Jenazah Pada Siswa

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – Tidak semua orang mampu mengurus jenazah sesuai syariat Islam. Berbicara teori saja, belum cukup untuk memahami tuntas tata cara pemulasaraan jenazah, mulai dari adab memandikan, mengafani, menyalatkan hingga mengebumikannya. Namun, hal itu dikupas tuntas siswa siswi kelas IX MTs Negeri 2 Banjarnegara, Sabtu (05/03). Para siswa yang dibimbing guru Mata Pelajaran Fiqih, diberikan materi, praktik tata cara pemulasaraan jenazah dengan peralatan dan pemahaman lengkap di Madrasah.

Qori Aina Zahra, siswi kelas IX mengatakan, melihat jenazah acapkali diidentikkan dengan hal-hal yang angker, utamanya bagi perempuan. Jadi, jangankan mempraktikkan, melihat jenazah saat dimandikan, dikafani bahkan disalatkan juga jarang baginya. Karena di lingkungan masyarakat perempuan biasa cukup melihat saja.

Tapi, pemulasaraan jenazah ini dipraktikkan langsung di Madrasah bersama teman-teman sekelasnya. Satu persatu, saat guru menjelaskan setiap syarat dan rukunnya langsung dilakukan dengan model dari siswa itu sendiri, berapa kain yang harus dibungkus, bagaimana cara memandikannya, menyalatkan dan lainnya. Sehingga dengan praktik ini wawasan soal pemulasaraan jenazah sangat dipahami dan mampu diserap optimal. Tentu saja dengan bacaan dan niatnya, membedakan mana bacaan untuk lafal niat memandikan mayat laki-laki atau mayat perempuan.

“Pokoknya yang angker jadi dibawa happy, tambah pengetahuan pemulasaraan jenazah,” ujarnya.

Muh. Hidayat selaku pengampu Mata Pelajaran Fiqih MTs N 2 Banjarnegara memberikan pemahaman agama kepada peserta didik tidak boleh setengah-setengah, apalagi ini urusannya fikih yang hukumnya wajib, baik fardu ain atau juga fardu kifayah.

“Selama ini, dalam bab pemulasaraan jenazah, anak-anak biasanya hanya menunggu saja saat jenazah diurus hingga disalatkan. Tapi, kita arahkan anak mengetahui, cara sebelum jenazah tersebut dikuburkan, tentunya dengan adab-adab fikih berdasarkan pendapat para ulama. mulai dari pelafalan niat memandikan jenazah, adab dan cara memandikannya. Kemudian mengafani dengan kain sesuai syariat, hingga menyalatkannya,” ujarnya

 Secara bergilir siswa memahami tuntas tata cara ini dengan praktik, walaupun dengan berkelompok. Muh Hidayat berharap dengan praktik langsung di setiap materi fikih, paling tidak membuat siswa lebih mudah memahaminya. “Mengajarkan fikih itu ya harus tuntas, tidak cukup dengan teori. Tapi kita fasilitasi praktiknya langsung,” pungkasnya. (dy/ak/rf)