FKPAI Kecamatan Gunungpati Ikut Cegah Maraknya Virus Radikalisme

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Arief Pramudiyo selaku Penyuluh Agama Islam (PAI) bidang radikalisme dengan semangat menggebu-gebu menyampaikan tentang infeksi virus radikalisme yang sedang terjadi di masyarakat saat ini. Hal ini ia sampaikan kepada jamaah Masjid Ash Sholihin Kampung Siroto Kecamatan Gunungpati, pada Minggu (10/4/2022).

Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Kecamatan Gunungpati telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan takmir Masjid Ash Sholihin, bahwa PAI akan memberikan tausiyah secara rutin kepada jamaah masjid selama bulan Ramadhan yang dikemas dalam kegiatan “Ramadhan Mengaji”.

Dalam tausiyahnya, Arief mengatakan bahwa tema radikalisme menjadi tema yang menarik karena hampir semua negara sedang mengalami infeksi virus radikalisme.

“Tidak hanya corona yang merajalela, radikalisme juga sedang marak saat ini. Radikalisme adalah suatu paham/ideologi, berupa gagasan/ide yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan/ekstrim,” kata Arief

“Baik individu maupun kelompok radikal umumnya menginginkan perubahan secara cepat/drastis. Adapun ciri yang paling menonjol dari kelompok radikal adalah, mereka dengan mudah menyalahkan atau menyesatkan pandangan/paham yang berbeda dengan keyakinan kelompoknya,” imbuh Arief.

Ia menuturkan bahwa salah satu upaya untuk mencegah agar tidak terjangkiti virus radikalisme adalah pengayaan akan pengetahuan agama.

“Islam itu artinya indah, damai, sehingga seorang muslim harusnya juga menebar kebaikan kepada sesama. Jika ada orang yang mengaku paham agama tetapi dalam majelis-majelis dia malah menebar kebencian, bahkan mengkafir-kafirkan ajaran yang berbeda dengannya, maka itu bukan Islam,” ujarnya.

“Kita harus berhati-hati, saat ini paham radikalisme menyusup melalui dunia pendidikan dan juga majelis taklim, yang mengatasnamakan agama. Sekali lagi, Islam tidak mengajarkan kebencian, Islam ngajarkan kedamaian dan mencintai sesama,” tandasnya.

“Kita berkewajiban meyakini ajaran yang kita anut, tetapi harus tetap menghargai perbedaan. Jalankan keyakinan kita dengan sebaik-baiknya tetapi tetap dalam batas saling tepo seliro,” lanjutnya.

Ia menyampaikan pesan penting untuk menanamkan pondasi agama kepada anak sejak dini, dan juga sikap toleransi baik dengan sesama agama atau dengan pemeluk agama lain, karena menurutnya radikalisme saat ini pun telah masuk melalui lembaga pendidikan Islam.

“Harus cermat, harus jeli dan terus waspada terhadap anggota keluarga kita agar jangan terinfeksi virus radikalisme. Jika pondasinya kuat, insya Allah paham-paham sesat tidak akan mudah menjangkiti keluarga kita,” pesannya.

Seperti yang disampaikan Arief, Sukarmi selaku PAI lain pun ikut menyampaikan tausiyah bahwa keluarga merupakan madrasah pertama dalam pembentukan karakter seorang anak.(Arief/NBA/bd)