Kegiatan Ngobrol Pendidikan (Ngopi) Bersama Menteri Agama RI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Pekalongan – Menguatnya arus digitalisasi di era teknologi saat ini membuat beberapa masyarakat mudah terpapar aliran yang konservatif. Meski demikian, Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas memastikan temuan intoleransi tersebut belum mengakar di masyarakat. Hal ini disampaikannya saat sambutan dalam Kegiatan Ngobrol Pendidikan (Ngopi) bersama Menteri Agama RI, berlangsung di Aula Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kota Pekalongan, Rabu (28/9/2022).

Kota Pekalongan – Menguatnya arus digitalisasi di era teknologi saat ini membuat beberapa masyarakat mudah terpapar aliran yang konservatif. Meski demikian, Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas memastikan temuan intoleransi tersebut belum mengakar di masyarakat. Hal ini disampaikannya saat sambutan dalam Kegiatan Ngobrol Pendidikan (Ngopi) bersama Menteri Agama RI, berlangsung di Aula Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kota Pekalongan, Rabu (28/9/2022).

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekalongan,H Kasiman Mahmud Desky, para pengurus, pengajar, dan siswa-siswi MAN IC Kota Pekalongan.

“Tadi Saya mendengarkan Mars Madrasah, dimana salah satu syairnya mengingatkan pada semboyan Kementerian Agama “Ikhlas Beramal”. Ada 2 hal yang ditekankan dalam mars madrasah ini, bahwa menunjukkan keprihatinan, madrasah bagian dari Kementerian Agama yang diorientasikan sebagai pelayanan keagamaan dan pendidikan di semua agama, bukan hanya agama Islam,” ucap Yaqut.

Yaqut menilai, dari semangat mars madrasah menunjukkan bahwa anak didik madrasah khususnya MAN IC Kota Pekalongan disiapkan untuk menerima perbedaan yang dimiliki. Pihaknya tidak ingin lulusan madrasah ketika terjun ke masyarakat memiliki sikap yang eksklusif, yakni sikap yang merasa benar dari yang lain, tidak menghargai perbedaan baik agama, suku, bangsa, maupun bahasa kepada masyarakat di sekitar. 

“Konsekuensi dadi mars yang dinyanyikan mereka ini harus benar-benar menjadi orang yang mencirikan ke-Indonesiaan, yaitu menerima takdir bahwa  Indonesia secara kodratnya memang berbeda-beda suku, bangsa, agama, dan bahasa dan mampu hidup damai bersama-sama didalamnya. Jangan sampai ada pelajar terutama anak madrasah yang bersikap intoleran,” ucapnya.

Yaqut mengakui bahwa, hidup dalam keberagaman dinilai sebagai suatu tantangan untuk berkembang dan berprestasi di tengah masyarakat. Pihaknya juga mengapresiasi prestasi para peserta didik MAN IC Kota Pekalongan yang meningkat luar biasa di tingkat nasional baik akademik maupun non akademik. Atas prestasinya yang ditunjukkan tersebut, maka Kementerian Agama akan memberikan perhatian lebih sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian Agama kepada sekolah tersebut.

“Terus kembangkan prestasi yang selama ini diraih, dengan memberikan afirmasi-afirmasi baik kepada anak anak Kota Pekalongan khususnya kalangan anak kurang mampu, difabel, dan anak-anak lainnya. Ke depan harus ada inovasi-inovasi yang dikembangkan lebih baik lagi.” pungkasnya. (Tim/Ant/bd).